biem.co – Sobat biem, sejak pandemi Covid-19 melanda tanah air, Indonesia mengalami berbagai tantangan dalam penanggulangannya. Dimulai dari alat pelindung diri (APD) yang tidak cukup.
“Sebenarnya, APD sudah mulai kami bicarakan sejak akhir januari sebelum kedatangan WNI dari Wuhan untuk bisa merancang APD. Ternyata harus memenuhi standar WHO. Kami mengundang hazmat untuk memproduksi APD sesuai standar WHO, karena bahan bakunya harus melalui sertifikasi dari badan internasional,” ungkap Kepala Satgas Covid-19, Doni Munardo dalam diskusi publik ‘Stigmatisasi terhadap Penderita Covid-19 dan Tenaga Medis’ yang digelar melalui Zoom Meeting, baru-baru ini.
Dikatakan Kepaa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini, reagen juga menjadi masalah baru yang muncul di permukaan. Pasalnya, Indonesia pada waktu itu hanya memiliki satu laboratorium, yakni Balitbangkes Kementerian Kesehatan yang memeriksa seluruh spesimen yang didatangkan dari seluruh Indonesia.
“Bayangkan, satu laboratorium utuk memeriksa sampel dari sekian banyak sampel yang dikirim dari provinsi-provinsi,” terangnya.
Namun selanjutnya, laporan itu pun sampai kepada Presiden dan langsung diperintahkan untuk ditambahkan. Sayangnya, kata Doni, kondisi saat itu pun terbilang tidak mudah.
“Karena hampir seluruh laboratorium yang ada belum punya pengalaman melakukan pemeriksaan spesimen Covid-19 ini,” ujarnya.
Ia mengapresiasi kinerja para dokter, pimpinan daerah, termasuk kementerian, lembaga hingga swasta yang meminjamkan laboratoriumnya untuk digunakan.
“Sehingga hari ini, kita per hari sudah mengalami peningkatan dan mendekati standar yang ditentukan WHO, yaitu sebesar 1 orang untuk 1.000 warga negara. Jadi kalau dihitung, penduduk kita 267 juta orang, artinya per minggu kita harus melakukan pemeriksaan untuk 267 ribu orang, dan pemeriksa spesimen kita rata-rata per hari sudah di atas 35 ribu, bahkan beberapa kali pernah di atas 50 ribu,” papar Doni.
“Ini tentunya sebuah prestasi yang harus kita hargai, kita perlu apresiasi dari tim laboratorium di seluruh Indonesia walaupun memang belum merata. Tantangan seperti ini diharapkan bisa dipahami bahwa bangsa kita termasuk yang cukup maju dalam mengelola dan mengendalikan Covid-19,” pungkasnya. (hh)