Suatu Entah Kau Akan Mengerti Mengapa Aku Gagal Bunuh Diri
Aku belajar mengingatmu dengan cara mengabaikan. Tetapi kau
Bekas ciuman paku di dinding
Pintu dan masker. Keduanya ada semata untuk menyembunyikan surga;
Wajah indah dan bibir yang pintar menerbitkan senyum paling purba—atau mutiara.
Aku penuh menginginkanmu. Tetapi penuh
tetapi. Aku tidak berani membayangkan kau guling yang jatuh dan nyaman di lengan seseorang—atau
sepatu yang merasa menemukan kaki paling pas
Sebagai yang rawan sedih dan mudah patah hati
Aku tidak punya kekuatan membunuh diri sendiri tanpa cukup alasan
Malang, akhir Juni
Memenuhi Kening
hujan turun—dan
di rumput manusia
menjelma telur waktu
barangkali ingin menetap disana;
merasuki inti kepala
dan telur itu akan cepat melahirkan
ingatan-ingatan tentang
bagaimana
kenangan dicipta hanya memenuhi kening
Malang, 2020
Aku Bercerita Diriku Dalam Dirimu
Aku sendiri—dan
Langit bersikukuh memeras air matanya
Aku tidak pernah membencimu sepenuhnya
Hati yang rumit ini
Tercipta dengan kantung yang ditakdir
Lebih banyak menampung cinta
Aku tidak pernah betul-betul membencimu
Ketika amarah meluap
Kurasakan tubuh ini tidak lagi milikku
Seseorang di kejauhan menariknya kuat dan kian dekat
Kurasakan separuh diriku
Lebih akrab dengan dirimu daripada tanah airnya
Sekali lagi
Aku tak ingin membangunkan masa lalu yang
Telanjur lelap dalam pelukan lubukmu
aku tak ingin
2019
Baca Juga
Menyusun Pecahan-Pecahan
aku mencintaimu!
orang-orang mendengar kalimat itu
dan menganggap aku sedang melawak
entah, bagian mana di tubuhku
berbisik; kau pelawak serius
kubayangkan ketika itu kau menatapku
memasang kuping baik-baik, lalu
tertawa dengan menutup mata
kubayangkan kau puzzle yang
menolak selesai. kau ingin jari-jariku
tetap mengangkat dan
meletakkan tubuhmu berkali-kali
senyummu grafitasi terkuat yang
mampu mengguncang ombak di tubuhku dan
membanting-banting dasar lubukku
entah tanggal berapa di 2020
Qanunul ‘Isyq
Cara merindukan seseorang paling bijak; kau tidak boleh mengingat wajahnya
Atau segala yang akan membuatmu berhenti menangis, menginginkan tanganmu dan tangannya berpelukan
Kau sadar, rindu itu kotor. Tapi sebagai pencuci kau harus membersihkannya dengan cara tidak menyentuh bagian manapun di tubuhnya
Kau paham, menginginkan keberadaan seseorang di kejauhan sama saja dengan menitik luka di tubuh sendiri
Kaupun paham, hal paling bodoh dalam merindu; kau berhenti mengulanginya
Malang, 2020
Baca Juga
Misal—aku.
Misal—aku sakit. Dan kau satu-satunya obat
Menolak dibeli dan dilabeli jadi jalan penyembuh
Misal—aku menyaru jendela yang kau sentuh
Dan kau sama seklai tidak merasakan apapun kecuali kehampaan
Misal—aku puisi tuntas, atau ingatan yang gagal kau tulis
atau burung yang melintas di kepalamu bahkan bernyanyi dan kau menikmatinya tetapi mengatakan lain kepada orang-orang.
: Aku bayangan yang lebih dulu kau hapus sebelum sempat singgah
Misal—kau penyair. Sementara aku kata-kata yang diberi nyawa agar mampu menyuratkan makna daun waru merah. Tapi kau punya pena yang suatu saat mampu menjelma pisau lapar. Kau merasa tak perlu menghapus kalimat jadi, melainkan harus tega (dan kau tega!) menggoroknya
: Aku lakon yang berani mati di tangan pengarang. Cinta yang hidup dalam penolakan
Sore hari Juni, 4 jam sehabis sakit
Sejoli
ketika tuhan berfirman
kuhadirkan semesta berpasangan
aku tidak bisa untuk
tidak membayangkan wajahmu
kau; kanan bagi kiriku
barat timurku
terang gelapku
senyap sunyiku
gaduh ramaiku
sementara cinta adalah
harga yang menolak ditawar
sekali bertaruh, aku telah berdiri
di ambang menang dan kalah
2020
Tentang Penulis: llham Romadhan, lahir di Malang waktu Indonesia puasa. Sering ngopi di Padepokan Qahwiyat. Buku-bukunya lahir beruntun mulai kumpulan puisi Jununi Majnun: 2018, Persegi: Guepedia-2019, dan novelet Ketika Ada Yang Tiada: Divapress-2019. Sekarang masih Mahasantri Ma’had Aly An-Nur II Malang Bidang Fiqh wa Ushuluhu dengan fokus Fikih Industri.