Puisi

Sajak-sajak Ilham Romadhan

 

Suatu Entah Kau Akan Mengerti Mengapa Aku Gagal Bunuh Diri

Aku belajar mengingatmu dengan cara mengabaikan. Tetapi kau
Bekas ciuman paku di dinding

Pintu dan masker. Keduanya ada semata untuk menyembunyikan surga;
Wajah indah dan bibir yang pintar menerbitkan senyum paling purba—atau mutiara.

Aku penuh menginginkanmu. Tetapi penuh
tetapi. Aku tidak berani membayangkan kau guling yang jatuh dan nyaman di lengan seseorang—atau
sepatu yang merasa menemukan kaki paling pas

Sebagai yang rawan sedih dan mudah patah hati
Aku tidak punya kekuatan membunuh diri sendiri tanpa cukup alasan

Malang, akhir Juni

 

Memenuhi Kening

hujan turun—dan
di rumput manusia
menjelma telur waktu

barangkali ingin menetap disana;
merasuki inti kepala
dan telur itu akan cepat melahirkan

ingatan-ingatan tentang
bagaimana
kenangan dicipta hanya memenuhi kening

Malang, 2020

 

Aku Bercerita Diriku Dalam Dirimu

Aku sendiri—dan
Langit bersikukuh memeras air matanya
Aku tidak pernah membencimu sepenuhnya

Hati yang rumit ini
Tercipta dengan kantung yang ditakdir
Lebih banyak menampung cinta

Aku tidak pernah betul-betul membencimu
Ketika amarah meluap
Kurasakan tubuh ini tidak lagi milikku
Seseorang di kejauhan menariknya kuat dan kian dekat

Kurasakan separuh diriku
Lebih akrab dengan dirimu daripada tanah airnya

Sekali lagi
Aku tak ingin membangunkan masa lalu yang
Telanjur lelap dalam pelukan lubukmu

aku tak ingin

2019

 

 

Menyusun Pecahan-Pecahan

aku mencintaimu!

orang-orang mendengar kalimat itu
dan menganggap aku sedang melawak

entah, bagian mana di tubuhku
berbisik; kau pelawak serius

kubayangkan ketika itu kau menatapku
memasang kuping baik-baik, lalu
tertawa dengan menutup mata

kubayangkan kau puzzle yang
menolak selesai. kau ingin jari-jariku
tetap mengangkat dan
meletakkan tubuhmu berkali-kali

senyummu grafitasi terkuat yang
mampu mengguncang ombak di tubuhku dan
membanting-banting dasar lubukku

entah tanggal berapa di 2020

 

Qanunul ‘Isyq

Cara merindukan seseorang paling bijak; kau tidak boleh mengingat wajahnya

Atau segala yang akan membuatmu berhenti menangis, menginginkan tanganmu dan tangannya berpelukan

Kau sadar, rindu itu kotor. Tapi sebagai pencuci kau harus membersihkannya dengan cara tidak menyentuh bagian manapun di tubuhnya

Kau paham, menginginkan keberadaan seseorang di kejauhan sama saja dengan menitik luka di tubuh sendiri

Kaupun paham, hal paling bodoh dalam merindu; kau berhenti mengulanginya

Malang, 2020

 

 

Misal—aku.

Misal—aku sakit. Dan kau satu-satunya obat
Menolak dibeli dan dilabeli jadi jalan penyembuh

Misal—aku menyaru jendela yang kau sentuh
Dan kau sama seklai tidak merasakan apapun kecuali kehampaan

Misal—aku puisi tuntas, atau ingatan yang gagal kau tulis
atau burung yang melintas di kepalamu bahkan bernyanyi dan kau menikmatinya tetapi mengatakan lain kepada orang-orang.

: Aku bayangan yang lebih dulu kau hapus sebelum sempat singgah

Misal—kau penyair. Sementara aku kata-kata yang diberi nyawa agar mampu menyuratkan makna daun waru merah. Tapi kau punya pena yang suatu saat mampu menjelma pisau lapar. Kau merasa tak perlu menghapus kalimat jadi, melainkan harus tega (dan kau tega!) menggoroknya

: Aku lakon yang berani mati di tangan pengarang. Cinta yang hidup dalam penolakan

Sore hari Juni, 4 jam sehabis sakit

 

Sejoli

ketika tuhan berfirman
kuhadirkan semesta berpasangan

aku tidak bisa untuk
tidak membayangkan wajahmu

kau; kanan bagi kiriku
barat timurku
terang gelapku
senyap sunyiku
gaduh ramaiku

sementara cinta adalah
harga yang menolak ditawar

sekali bertaruh, aku telah berdiri
di ambang menang dan kalah

2020


Tentang Penulis: llham Romadhan, lahir di Malang waktu Indonesia puasa. Sering ngopi di Padepokan Qahwiyat. Buku-bukunya lahir beruntun mulaiIlham  kumpulan puisi Jununi Majnun: 2018, Persegi: Guepedia-2019,  dan novelet Ketika Ada Yang Tiada: Divapress-2019. Sekarang masih Mahasantri Ma’had  Aly An-Nur II Malang Bidang Fiqh wa Ushuluhu dengan fokus Fikih Industri.

 

Editor: Esih Yuliasari

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button