KOTA SERANG, biem.co — Sobat biem, isu pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah yang tiada habisnya. Mengingat betapa kompleksnya persoalan ini, berbagai kelembagaan kemanusiaan pun lahir untuk membantu Pemerintah Indonesia mengentaskan dua hal tersebut. Salah satu wadah yang sudah bergerak aktif di tanah air ini adalah Institut Kemandirian (IK) yang berada dalam naungan Dompet Dhuafa.
Lebih dari sekadar isu pengangguran dan kemiskinan, Institut Kemandirian juga berfokus pada usia produktif, di mana Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi.
“Kalau dari sejarahnya, IK didirikan tahun 2005. Konsen kita sebenarnya memberikan pendidikan vokasi bagi masyarakat yang membutuhkan. Kita punya khasnya pendidikan vokasi berkarakter,” ungkap Direktur Institut Kemandirian, Abdurrahman Usman, dalam wawancara bersama biem.co, baru-baru ini.
Memiliki visi menjadi role model dalam pendidikan vokasi berkarakter yang profesional, IK pun menawarkan berbagai program pelatihan. Mulai dari otomotif sepeda motor, teknisi handphone, fesyen dan desain (tata busana), mengemudi, salon muslimah, komputer hardware dan software, keterampilan tematik, tata boga tematik, handycraft, hingga desain grafis.
Di sana, para anak muda atau milenial ditempa untuk memiliki mental dan karakter sebagaimana visi yang diusung IK, dengan durasi selama satu hingga tiga bulan lamanya. Tentu saja tujuannya untuk melahirkan generasi-generasi unggul yang diharapkan nantinya bisa berkontribusi untuk Indonesia.
“Selama masa tiga bulan ini, 24 jam kita kontrol. Siangnya dia belajar skill-nya, di malam hari sampai jam 4 pagi itu pendidikan karakternya. Kenapa ditempa? Karena di dunia usaha dan kerja harusnya kayak gitu. Kalau kita tidak punya kekuatan mental yang baik, ya, akan menjadi seterusnya seperti itu,” ujar pria yang kerap disapa Usman ini.
Tak bisa dipungkiri, pengangguran dan kemiskinan, terlebih di usia produktif menjadi isu yang penting untuk diperhatikan. Bahkan, Usman menganggap bahwa adanya bonus demografi ini bisa menjadikan petaka jika pemerintah dan berbagai lembaga kemanusiaan tidak bergerak untuk mengatasinya. Sebab, sikap tidak peduli menurutnya akan menambah potensi lahirnya kemiskinan-kemiskinan baru, terlebih di masa pandemi seperti ini. Belum lagi, kemiskinan dinilai bisa meningkatkan kriminalisasi.
“Jadi, saya melihat indeks keparahannya tuh dari sisi itu. Makanya, anak-anak muda yang sekarang punya potensi dan tenaga, pergerakan mereka itu harus diarahkan kepada aspek yang positif, terlebih lagi kalau memang dia jadi tulang punggung keluarga. Anak muda akan jadi tonggak masa depan bagi keluarganya. Negara ini akan kuat ketika di level keluarga juga kuat,” tegasnya.
Menurut Usman, di tengah dinamika pandemi yang melanda tanah air ini, baik pemerintah, kelembagaan, komunitas, maupun organisasi harus berkolaborasi dengan berbagai gagasan dan terobosan baru untuk bisa bersama-sama mengatasi tiga isu besar ini. Begitu pun anak muda, ia mengatakan untuk tidak pernah berputus asa.
“Kita punya kesempatan yang sama untuk sukses dan berhasil. Tinggal pertanyaannya balik ke kita, mau apa enggak? Program-program seperti IK atau beasiswa dari pemerintah dan perusahaan, komunitas, dan lembaga-lembaga lain itu terbuka seluas-luasnya, banyak sekali. Jadi, anak muda harus betul-betul optimis melihat masa depan dan ambil cita-cita itu saat ini juga,” pesan Usman.
“Untuk pemerintah, ayo kita lebih peduli terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, karena orang yang membutuhkan bantuan dalam konteks bukan sekadar materi itu sangat banyak. Setidaknya mereka mendapatkan inspirsai dan informasi saja sudah menjadi sesuatu. Ayo bergandeng tangan, kita temukan kliknya, temukan formulasinya, mudah-mudahan kita menuju Indonesia 45 menjadi negara yang maju dan merdeka. Dan kita harus mulai dari sekarang, anak-anak mudanya harus bangun,” pungkasnya. (hh)