PANDEGLANG, biem.co – Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Universitas Gadjah Mada tahun 2020 ini cukup berbeda dari tahun sebelumnya. Tahun-tahun sebelumnya mahasiswa KKN diminta untuk terjun langsung ke daerah yang dituju. Dikarenakan pandemi Covid-19 yang belum usai, maka pelaksanaan KKN tahun ini harus dilaksanakan secara daring (dalam jaringan).
Hal tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa dan dosen yang terlibat didalamnya, utamanya dalam hal pembuatan program kerja yang akan dilaksanakan. Pada akhirnya, dengan segala adaptasi serta perubahan yang harus segera diwujudkan, maka KKN-PPM UGM 2020 ini resmi dilaksanakan secara daring sejak tanggal 29 Juni 2020 hingga 18 Agustus 2020 dan tentunya akan menjadi catatan sejarah tersendiri di masa depan.
Dalam pelaksanaannya, ternyata tidak semua daerah tujuan menerima kegiatan KKN secara daring ini. Terdapat beberapa daerah yang menolak dan juga menerimanya. Salah satu daerah tujuan KKN yang menerima kegiatan KKN secara daring ini adalah Desa Tanjungjaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang.
Setelah diterimanya kegiatan KKN oleh pihak daerah, maka seluruh mahasiswa segera mengumpulkan data permasalahan yang ada di desa tujuan untuk kemudian dicarikan solusinya. Kegiatan pengumpulan data permasalahan dilakukan selama satu minggu di pekan pertama.
Desa Tanjungjaya merupakan daerah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung yang masuk ke dalam 10 destinasi pariwisata prioritas Kementerian Pariwisata RI. Oleh karena itu, segala sumber daya yang ada di Tanjungjaya menjadi sangat potensial untuk dikembangan.
Salah satu potensi bidang pertanian yang ada di Tanjungjaya adalah budidaya tanaman secara hidroponik dengan lahan yang tersedia cukup luas. Dengan adanya teknik bertanam secara hidroponik diharapkan mampu menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Tanjungjaya. Namun, dalam pelaksanaannya tentu banyak kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Desa Tanjungjaya.
“Saya rasa kalau hidroponik diterapkan di Kampung Cikadu, Desa Tanjungjaya sangat cocok, cuma permasalahannya yaitu terlalu lumayan dari sisi biaya. Dari dana pribadi saya dan beberapa warga sudah dibelikan perlengkapan seperti alat tes kit, pH meter dan TDR atau alat tes nutrisi. Bahan berupa benih juga sudah ada. Sedangkan untuk nutrisi, instalasi dan media semai kami belum ada. Makanya, saya sedang berusaha mencari alternatif yang sekiranya tidak terlalu membengkak biayanya,” jelas Ahmad selaku Lurah Desa Tanjungjaya ketika diwawancarai secara daring, beberapa waktu lalu.
Selain kendala ketersediaan alat dan bahan, juga terdapat kendala lain, yakni pemikiran masyarakat Tanjungjaya yang masih menganggap bahwa bertanam secara hidroponik itu mahal sehingga enggan untuk memulainya. Padahal, banyak sistem hidroponik yang bisa dipakai dengan biaya yang cukup terjangkau dan tentunya akan memberikan keuntungan yang lumayan.
Kegiatan bertanam secara hidroponik ini juga bisa dijadikan kegiatan warga desa di masa pandemi. Selain untuk mengisi waktu luang selama di rumah, juga dapat memproduksi sayuran sehat untuk dikonsumsi keluarga maupun dijual. Oleh karena itu, diperlukannya solusi yang tepat agar kegiatan bertanam hidroponik di Tanjungjaya dapat dilaksanakan.
Melihat beberapa kendala yang dikemukakan oleh Ahmad, mahasiswa KKN Klaster Agro, Nur Lailatul Azizah membuat program kerja berupa Sosialiasasi Bertanam Secara Hidroponik Metode Wick System.
Wick System merupakan metode hidroponik paling sederhana yang menggunakan sumbu untuk mengalirkan nutrisi ke tanaman serta tidak menggunakan listrik. Metode wick system ini sangat murah dan mudah untuk dipraktikkan. Bahan-bahan yang digunakan berasal dari barang bekas, seperti botol plastik, gelas plastik, ember, bak, sterofoam (kotak makan), dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air serta tidak menyerap panas berlebih.
Dalam metode wick system ini, air nutrisi yang berada dalam wadah harus diganti secara berkala. Selain metode wick system juga terdapat metode lain seperti rakit apung, sistem pasang surut, sistem tetes, sistem mengalir, aeroponik, dan lain-lain. Jadi, banyak metode yang dapat digunakan dalam bertanam secara hidroponik dan tidak melulu menggunakan instalasi pipa dan listrik yang membutuhkan biaya mahal.
Program sosialisasi dilaksanakan pada hari Minggu, 09 Agustus 2020 pukul 09.30-11.30 melalui Google Meet. Acara sosialisasi diawali dengan penyampaian materi, pemutaran video tutorial, dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diskusi. Dalam pelaksanaannya, warga Tanjungjaya terlihat cukup antusias mengikutinya.
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang masuk sehingga kegiatan diskusi menjadi lebih aktif. Tidak hanya warga Tanjungjaya saja yang aktif berdiskusi, tetapi juga dari siswa SMK Negeri 2 Pandeglang (SMK Pertanian).
“Harapannya, setelah kegiatan sosialisasi selesai warga dan siswa dapat mempraktikkan ilmu yang telah diperoleh. Sehingga potensi yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai sarana memajukan Desa Tanjungjaya,” kata Nur. (red)