biem.co – Sobat biem, tahukah bahwa 2 Juni adalah hari kelahiran salah satu pahwalan nasional kita? Ya, ia adalah Tan Malaka. Seorang pria dari Nagari Pandam Gadang, Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat yang lahir ke dunia 123 tahun silam, tepatnya 2 Juni 1897.
Pemilik nama asli Ibrahim gelar Datuk Sutan Malaka ini pada masanya adalah sosok besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kiprahnya dalam berbagai peran penting di masa penjajahan hingga kemerdekaan menjadikan Tan Malaka sebagai inspirasi dan acuan dari banyak orang, termasuk Soekarno.
Sejak kecil, Tan Malaka adalah anak yang gemar belajar. Meski terkadang sulit diatur, ia terbilang cukup cerdas dalam banyak pelajaran. Diketahui pada 1913, di umurnya yang ke-16, Tan mulai menempuh ilmu di Kweekschool Bukit Tinggi. Ia lalu melanjutkan ke Rijks Kweekschool di Haarlem, Belanda. Setelah lulus dari Rijks Kweekschool, Tan Malaka kembali ke Indonesia dan mengajar di sebuah perkebunan di Deli. Bukan hanya mengajar, Tan juga sempat mendirikan sekolah di Cina dan Singapura pada tahun 1936, lho.
Selain dunia pendidikan, ia pun rupanya aktif dalam bidang politik dan berbagai keorganisasian. Ia mendirikan sebuah partai bernama Partai Rakyat Indonesia (PARI) pada tahun 1927 dan Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba), satu tahun setelahnya. Sosok yang peduli terhadap penderitaan para buruh itu pun kemudian bergabung dengan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang kemudian berubah menjadi Partai Komunis Hindia (PKH).
Di masa-masa itu, Tan banyak mengalami berbagai peristiwa besar dalam gerakannya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, mulai dari penangkapan dan pembuangan di Kupang, pengusiran dari negara Indonesia, konflik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), hingga pernah diduga sebagai dalang di balik penculikan Sutan Sjahrir.
Riwayat perjuangan Tan berakhir di tahun 1949. Ia tertangkap dan ditembak mati di Kediri bersama para pengikutnya. 14 tahun kemudian, Pemerintah Indonesia akhirnya menyatakan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional melalui Ketetapan Presiden RI No. 53 tanggal 23 Maret 1963.
Untuk Sobat biem ketahui, di masa hidupnya, Tan Malaka banyak berkontribusi dalam berbagai gagasan kebangsaan di Indonesia lewat karya-karya spektakulernya. Ada buku ‘Madilog’ atau yang memiliki kepanjangan Materialisme, Dialektika, Logika. Buku yang ditulis dalam persembunyiannya dari kejaran tentara Jepang di Cililitan.
Satu lagi adalah ‘Gorpolek’ atau Gerilya, Politik, Ekonomi. Ia mengonsep dan menulis ‘Gorpolek’ ketika dirinya meringkuk di penjara Madiun. Buku tersebut berisikan sikap Tan Malaka tentang politik dan ekonomi yang bebas dan merdeka.
Selain menyoal karya, yang tak kalah menarik dari cerita hidup Tan Malaka juga adalah tentang kisah asmaranya. Kalian milenial pasti menunggu bagian ini. Tidak sedikit, lho, artikel-artikel yang menuliskan Tan Malaka hidup membujang alias menjomlo sepanjang hidupnya.
Namun meski tidak pernah menikah, nih, kabarnya Tan pernah tiga kali jatuh cinta. Pertama, kepada seorang gadis Belanda bernama Fenny Struyvenberg, mahasiswi kedokteran yang kerap datang ke kosnya. Kedua, adalah gadis Filipina bernama Carmen, puteri bekas pemberontak di Filipina dan Rektor Universitas Manila. Dan yang ketiga, tentu saja kepada gadis Indonesia yang menjadi satu-satunya siswi perempuan di sekolahnya saat itu, yang bernama Syarifah Nawawi.
Wah, begitu banyak cerita menarik dari kehidupan seorang Tan Malaka. Yuk, terus kenang jasa-jasa pahlawan kita meski telah tiada. (hh)