biem.co – Skripsi adalah syarat menyelesaikan studi strata satu. Di satu sisi proses skripsi adalah proses akhir, di sisi lain penyusunan skripsi kadang seperti menyusun kitab suci, penuh lika-liku, jatuh bangun, bahkan tidak jarang banyak mahasiswa yang kemudian menyerah dan gagal.
Banyak juga, lho, dugaan kejadian bunuh diri gara-gara skripsi. Ngeri yah?! Pada akhirnya gelar sarjana tertunda karena skripsi tidak selesai. Risikonya, menikah juga tertunda, bahkan gagal. Naudzubillah!
Sebelum pandemi coronavirus, banyak mahasiswa yang kesulitan menyusun skripsi karena sulitnya mencari referensi buku di perpustakaan atau ketemu dosen pembimbing secara langsung. Padahal dosen pembimbing setiap hari ada di kampus (kan mereka ngantor), apalagi sekarang, di masa pandemi, semua orang fokus #workfromhome pasti lebih sulit lagi ditemui.
Yang jadi korban mahasiswa lagi aja. Duh! Yah, mahasiswa, belum apa-apa selalu jadi korban.
Tapi, sobat biem tak perlu khawatir, pandemi corona tidak harus membuat langkah surut. Bagaimanapun, skripsi harus selesai dan gelar sarjana harus sukses diraih.
Berikut biem.co berikan tips garap skripsi di masa pandemi corona, cekidot, yuk!
PERTAMA, NIAT DAN TEKAD KUAT
Sobat biem, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah memiliki niat dan tekad kuat serta mempersiapkan diri bahwa kalian akan menyelesaikan skripsi dengan sebaik-mungkin dan tepat waktu, meski dalam kondisi yang kata orang new normal ini. Kemana-mana serba risih. Takut terpapar atau takut jadi carrier coronavirus.
Bagian ini menjadi yang paling penting apabila kamu akan memulai menulis skripsi. Karena niat dalam diri, konsekuensinya ternyata berkorelasi terhadap hasil.
Kenapa penting? Nabi SAW bersabda, “Nilai sebuah perbuatan ada pada niat dan setiap orang akan mendapat balasan sesuai dengan niatnya”.
Tuh, kan! Kita sudah tahu balasan hasilnya apa dengan niat yang ada. Kalau niatnya ingin cepat menikah, bisa saja saat skripsi berjalan kalian dijodohkan. Seneng sih! Tapi nanti skripsi gak kelar-kelar. Lagian kalaupun menikah di masa pandemi ini, kita gak boleh gelar resepsi. Irit sih, tapi kan kalau keluarga tak hadir di resepsi, rasanya gimana, gitu. Kayak dinikahin Hansip sambil disaksiin pak RT, kan. Bulan madu juga gak bisa ke bali, di #rumahaja, malah skripsi kita yang ke bulan.
Tapi tentu saja tidak hanya niat, sobat biem juga harus memiliki tekad yang kuat dan gigih dalam menjalani proses penyusunan skripsi.
Kata Nepoleon Hill, “Kegigihan merupakan titik awal setiap prestasi. Kegigihan bukanlah harapan, bukan pula khayalan, melainkan sebuah ketekunan yang menggebu-gebu dan melebihi segalanya.”
So, sobat biem, mulai dengan niat dan tekad akan menyelesaikan skripsi, yah!
KEDUA, DOA ORANGTUA
Setelah niat dan tekad kuat, jangan lupa meminta doa kepada kedua orangtua. Ini penting, karena bagaimanapun doa orangtua adalah doa yang paling berharga.
Tips kedua ini bahkan menjadi pelajaran yang juga mesti diketahui setiap orangtua. Karena, sekeras apapun niat dan tekad kita, kalau orangtua kita mendoakan kegagalan, maka semua akan berakhir dengan kegagalan. Ngeri kan?!
Setiap orang tua pasti selalu mendoakan anaknya. Namun dalam hal ini, mintalah dengan serius, mintalah orangtua menyisipkan doa untuk kelancaran skipsi kita. Khusus do’a untuk skripsi.
Masih menurut Nabi SAW, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi SAW bersabda, “Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orangtua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa orang yang dizholimi.” (HR. Abu Daud no. 1536).
So, jangan lupa minta doa mereka ya, sobat biem!
KETIGA, PILIH TOPIK PENELITIAN YANG MUDAH DAN BIAYA YANG MURAH
Memilih topik penelitian adalah hal yang paling awal dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir dalam menyusun skripsi. Usahakan memilih tema yang mudah dijangkau, mudah dipahami dan yang kamu sukai. Tentu saja yang sesuai dengan jurusan yang kamu pilih.
Jangan ber-ekspektasi terlalu tinggi sehingga kamu memilih topik/tema yang sulit. Meski akan berdampak pada nilai sebuah skripsi, menyusun tema yang sulit juga akan berdampak pada ketidak-jelasan kapan skripsi kamu akan selesai. Nanti skripsimu digantung sama dosen pembimbing. Tahu kan, gimana sakitnya digantung!?
Skripsi yang kamu buat, manfaat besarnya untuk syarat kelulusan kamu sendiri, bukan untuk keselamatan manusia se-dunia loh. Selesai atau tidaknya skripsi kamu, manusia di dunia tidak akan terpengaruh kecuali kamu.
Jadi, pilih tema yang sederhana supaya kamu juga mudah mencari referensinya dan murah melaksanakan penelitiannya.
Lalu bagaimana kalau topik skripsi yang kamu garap adalah topik pesanan dosen pembimbing? Yang merasa bahwa tema itu sangat keren? Ini yang agak sulit. Beberapa dosen pembimbing juga kadang suka egois memaksakan tema pada mahasiswanya. Seolah-olah mahasiswa yang dibimbingnya memiliki kemampuan dan pemahaman yang sama dengannya.
Untuk para dosen pembimbing yang seperti ini, beri mereka pengertian bahwa skripsi ini adalah penelitan kamu. Butuh effort yang tidak mudah meyakinkan dosen pembimbing, tapi, jika kamu yakin, dosen pembimbing juga pasti akan lebih mudah ditakinkan. Pake aja jurus-jurus gombalmu sedikit. Lama-lama, mereka juga pasti leleh, kok. (semoga)
Jangan biarkan dosen pembimbing ikut campur terlalu jauh menentukan topik, lokasi apalagi metode yang ngejelimet yang keren versi mereka. Kasarnya, urusan Indonesia tidak bisa dicampuri oleh Singapura, kan? Yang neliti kita, yang nyari data kita, yang sidang kita, yang dapat nilai kita, kenapa Singapura ikut campur? #ehhh dosen maksudnya.
Langkah mudah menentukan topik bisa dengan menggunakan metode SMART: Specific (topik jelas mengenai suatu hal), Measurable (proses terukur dan bisa dijangkau), Acceptable (penelitian bisa diterima secara akademik), Reasonable (masuk akal), Timely (terukur dan memilik batasan waktu/deadline).
Dengan menerapkan metode ini, sobat biem bisa dengan mudah memilih topik penelitian serta dengan biaya yang murah dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai akademik, masuk akal/logis serta kamu bisa dengan mudah menentukan waktu selesainya.
Soal metodologi dan referensi, bisa dibicarakan dengan dosen pembimbing mengingat keterbatasan kita berinteraksi dengan populasi atau sampel penelitian kita. Mereka pasti ngerti kok. Kalau gak ngerti juga, sodorkan saja data penambahan pasien coronavirus yang dikeluarkan oleh Tim Penganggulangan coronavirus nasional. Kalau mereka gak ngerti juga, itu mungkin nasib temen-temen. Doakan yang terbaik, lalu ajukan penggantian pembimbing ke kampus kalian. Terlalu kasar sih, tapi prioritas kita sekarang adalah keselamatan jiwa, bukan keselamatan karya tulis.
Semangat ya, sobat biem!
KEEMPAT, RUMAH DAN INTERNET ADALAH TEMPAT YANG PALING AMAN
Jika sebelum pandemi ktia bisa memilih taman, cafe, dan perpustakaan untuk menyelesaikan skripsi. Sekarang ini, rumah menjadi tempat satu-satunya yang paling aman di dunia.
Lupakan taman, cafe dan perpustakaan. Tempat-tempat itu, untuk sementara tidak bisa dan JANGAN kita akses, mengingat, saat tulisan ini dibuat, kasus coronavirus sudah diangka 1000 kasus per hari. Istilah Skripsi from Home (SFH) sudah harus kita tanamkan di benak kita masing-masing. Lagi-lagi prioritas kita tetap jiwa, bukan karya tulis.
“Home Sweet Home”. Siapapun akan setuju kalau rumah menjadi tempat yang paling nyaman di dunia. Rumah biasanya menjadi pilihan pertama dan terakhir yang bisa digunakan untuk menciptakan mood dan mencari kenyaman menulis.
Suasana yang familiar yang kamu hadapi menjadi salah satu alasan kuat mengapa rumah selalu menjadi pilihan yang tepat untuk dijadikan tempat menyelesaikan skripsimu.
KELIMA, PILIH PEMBIMBING YANG TEPAT
Salah satu penentu kesuksesan mahasiswa tingkat akhir ketika menyelesaikan skripsi adalah dosen pembimbing atau biasa yang disebut Dosbing yang selalu mendampingi kamu dalam membantu dan membimbing penyelesaian skripsi kamu. Sehingga dalam memilihnya pun kamu tidak bisa main–main. Sobat Biem harus memastikan bahwa skripsi kamu sesuai dengan visi-misi kamu dan Dosbing kamu.
Di masa pandemi ini, cari dosen yang memiliki setidaknya beberapa syarat, seperti: karakternya tidak pemarah, solutif, ilmunya sebidang, punya deadline, santai dan terakhir tentu saja paham teknologi. Santai karena bisa menjaga emosinya dan emosi kita, paham teknologi karena bisa melaksanakan bimbingan lewat udara seperti e-mail dan Whats-App, tanpa harus ketemu langsung.
Pernah dengar kan dari kakak seniormu kalau ada dosen yang mau ketemu aja susah apalagi balas WA. Nah, sekarang saatnya kamu pilih dosen pembimbing yang siap di situasi apapun. Bisa bekerjasama dan melakukan bimbingan via e-mail atau aplikasi lain yang tersedia di internet.
Bukan tidak mau ketemu sih. Tapi intensitas kegiatan dosen itu kan banyak dan sering keluar kota. Jaga diri itu penting kan? Dalam kondisi ini, kami rasa, dosen pembimbing juga pasti paham. kalau tak paham juga, lagi-lagi, sodorkan data peningkatan coronavirus. Ibu rumah tangga yang kerja di dapur saja bisa positif corona, apalagi dosen yang kegiatannya banyak di luar kota.
KEENAM, PILIH TEMAN YANG SENASIB, BUAT WA GROUP
Biem tidak menyarankan kamu memilih teman baru dengan meninggalkan teman yang lama, itu jahat namanya. Tapi, memilih teman seperjuangan saat proses skripsi juga sama pentingnya dengan memilih Dosbing. Memilih teman senasib dan sepenanggungan akan lebih memacu kamu untuk fokus dan menyelesaikan skripsimu tepat waktu.
Teman sepenanggungan/senasib (sama-sama menulis skripsi) akan memiliki sentimen hubungan yang lebih fokus dan terarah. Selain kamu bisa bertanya dan sama-sama membahas persoalan yang ada, teman sepenangungan juga dapat menjadi tolak ukur skripsi kamu sudah sampai mana.
Kalau teman kamu sudah sampai di bab 3 sementara kamu masih sibuk dengan “latar belakang masalah’, berarti kamu bermasalah.
Biasanya satu Dosbing memiliki beberapa orang mahasiswa akhir yang dibimbingnya, jadi kamu bisa bergabung dan melakukan koordinasi serta mengatur jadwal bimbingan sama-sama. Bila perlu buat WA Group agar kamu tidak ketinggalan informasi.
KETUJUH, BERSAMA LAWAN CORONA
Bimbingan skripsi adalah puncak dari ketahanan dan ketangguhan mahasiswa dalam menulis, menjelaskan, dan berargumentasi dengan pembimbingnya (Bramastia, 2020). Karenanya mahasiswa harus sabar dan tabah dalam menaklukkan diri sendiri saat menyusun skripsi dan kelak saat kerja mandiri.
Oleh karena itu, terkait dengan kebijakan tentang tugas akhir (skripsi), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana yang tertuang dalam surat Nomor 302/E.E2/KR/2020, menegaskan bahwa: “Penelitian tugas akhir selama masa darurat ini agar diatur baik motode maupun jadwalnya disesuaikan dengan status dan kondisi setempat”. Ini berarti dapat dipahami bahwa tugas akhir skripsi bagi mahasiswa tetap ada.
Seperti yang sudah kita bahas, pantang surut langkah menyusun skripsi. Kita semua bisa kok. Tetap semangat, gelar sarjana di depan mata.
Akan tetapi, sebagai salah satu dari sekian banyak makhluk bumi yang juga turut betanggungjawab dan punya kewajiban melawan coronavirus, setiap kampus dan setiap kita, bisa melaksanakan skripsi dengan cara-cara elegan sebagai berikut:
- Pengajuan proposal dan penunjukan pembimbing oleh pimpinan fakutas secara online.
- Pemilihan metode dari kualitatif ke kuantitatif dengan menggunankan digital library, e-book dan e-journal untuk referensi bagi disiplin ilmu tertentu.
- Bimbingan skripsi secara online dan
- Ujian skripsi secara online seperti yang sudah banyak dilakukan oleh beberapa mahasiswa dan perguruan tinggi. Semuanya menjadi tantangan tersendiri, tidak hanya bagi mahasiswa tetapi juga dosen.
Dengan demikian, skripsi tetap diadakan hanya fleksibel dalam pelaksanannya dengan tetap tanpa mengurangi mutu pendidikan itu sendiri, walaupun tidak turun ke lapangan.
Menurut para ahli, bagi mahasiswa yang suka penelitian kualitatif bisa menggunakan studi pustaka (library research). Sedangkan yang suka penelitian kuantitatif, penelitian lapangan bisa diganti dengan e-survey dengan menggunakan misalnya aplikasi Survey-Monkey atau Google form.
Jadi, pantang surut garap skripsi saat musim pandemi coronavirus. Semangat!!!
Salam berkarya dan berbagi inspirasi ^_^
#bersamalawancoronavirus