biem.co – Belakangan ini, fenomena dukhan menjadi perbincangan hangat. Bahkan isu tentang dukhan yang akan terjadi pada 15 ramadan atau Jumat (8/5) esok hari, telah membuat keresahan di tengah masyarakat.
Apa sebenarnya dukhan? Apakah fenomena tersebut akan benar-benar terjadi pada Ramadan tahun ini? Berikut ulasan selengkapnya dirangkum dari berbagai sumber.
Dukhan adalah nama salah satu surat dalam Al-Qur’an yang lengkapnya adalah Ad-Dukhan yang artinya kabut. Peristiwa dukhan dapat ditemukan pada ayat 10-11 surat ini.
Allah berfirman: “Maka tunggulah ketika langit membawa kabut yang tampak jelas. Yang meliputi manusia, inilah azab yang pedih”.
Peneliti Sains Antariksa Lembaga Antariksa Nasional (Lapan), Abdul Rachman dikutip dari republika membahas seputar kabar akan terjadinya dukhan dalam kajiannya dengan tema “Meteor Jatuh dan Bencana di Bumi: Menyikapi Kabar Terjadinya Dukhan di Ramadhan Tahun Ini”.
Ia menjelaskan, terdapat tiga pendapat tentang dukhan. Dari keterangan beberapa sahabat Nabi, yakni Ali r.a, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Amr dan beberapa lainnya yang mengatakan dukhan adalah tanda kiamat yang belum terjadi.
Sementara menurut pendapat Ibnu Mas’ud, dukhan adalah khayalan atau ilusi yang menimpa kafir Quraisy karena doa Nabi Muhammad.
Orang kafir Quraisy melihat dukhan atau asap diantara langit dan bumi. Pendapat lainnya dukhan adalah debu yang mengepul ketika Fathul Makkah sehingga menutupi langit.
Sementara itu, Abdul menjelaskan banyak juga penjelasan ulama saat ini yang mengaitkan jatuhnya meteor sebagai penyebab terjadinya dukhan.
Memang, menurut Abdul, terdapat hadits yang menjelaskan tentang dukhan. Hadits ini diriwayatkan Nuaim bin Ahmad dalam Alfitan dan Alaudin Al Al-Muttaqi Al Hindi dalam kanzul ummal. Namun demikian, hadits tersebut merupakan hadits palsu.
“Hadits yang dijadikan dalil ini adalah hadits palsu. Jadi meyakini terjadinya dukhan pada Ramadhan tahun ini berdasarkan dalil agama adalah salah. Karena dalil haditsnya palsu,” ujar Abdul.
Hal senada diungkapkan Ustad Abdul Somad (UAS), ia menuturkan, Imam al-‘Uqaili dalam kitab ad-Dhu’afa’ al-Kabir, Juz IV, halaman 52 mengatakan, hadis tersebut tidak ada dasar sanadnya dari periwayat yang tepercaya (tsiqah). Hadis itu tidak pula dari riwayat yang kuat.
“Imam Ibnu al-Jauzi berkata dalam Kitab al-Maudhu’at Juz III, halaman 191, hadis itu hadis palsu. Begitu pula menurut Imam ad-Dzahabi, hadis itu hadis palsu sehingga tidak bisa dijadikan sebagai hujjah,” katanya.
Dari sisi ilmu astronomi, lebih lanjut, Abdul Rachman yang kini tengah menempuh studi Doktoral di Jurusan Astronomi, University of Bern, Swiss ini memaparkan, berdasarkan pengamatan dan permodelan asteroid dan komet tidak ada indikasi akan ada tabrakan dengan bumi dalam waktu dekat.
“Bahkan hingga 100 tahun ke depan tidak ada. Tapi sebagai orang beriman, kita dianjurkan untuk lebih memahaminya, memahami benda-benda langit dan seluruh alam semesta sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah, sehingga menjadikan kita lebih dekat denganNya,” tuturnya.
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan, kabar kabut tebal akan muncul pada Jumat pertengahan Ramadan bersumber dari hadis yang lemah, bahkan sebagian ulama menyebutnya sebagai hadis palsu.
Sedangkan dari sisi ilmu astronomi, berdasarkan pengamatan dan permodelan asteroid dan komet tidak ada indikasi bahwa akan ada tabrakan dengan Bumi dalam waktu dekat ini, bahkan hingga 100 tahun ke depan. (Eys)