Puisi

Sajak-sajak Jamil Abdul Aziz

DZALIKAL KITAB

Dari huruf ba’ aku mulai membaca
atas nama rindu, cinta terbuka
ribuan ayat menyayat gigil tubuh
jantung berdegup sepanjang hayat

Mataku terbuka dari segala yang nampak
tapi hati terus gelap pada makna tersirat
: Kekasih, ternyata engkaulah kitab yang
tak akan pernah selesai aku pahami.

Enam ribu tanda kau berikan padaku
berangsung-angsur, agar aku sampai padamu
tapi aku belum sampai, tak sampai, tak mampu
meski telah kau buka 114 peta dan pintu

Getar suara manusia, melantunkan namamu
pada nada bayati, ros, dan shoba’.
Tapi, sampaikah ia padamu?

Pada huruf mim aku kan mengakhiri
segala pembicaan dan pencarian
: mautun, mautun, adzimun, adzimun.

2019

 

DI PERPUSTAKAAN

Kekasih, suatu ketika aku berkunjung ke perpustakaan, dan aku tersesat di belantara buku.
Lalu kutemukan namamu tertulis di antara ribuan halaman yang terserak. Kurobek lembaran kertas yang menuliskan namamu itu, dan kumasukkan ke dalam saku baju. Kemudian aku mencari-cari jalan keluar dari perpustakaan, sambil gemetar barangkali pegawai perpustakaan mendapatiku merobek namamu.

Di rumah, aku pasang lembaran kertas itu di dekat jam dinding.
Sambil kucatat:

“Butuh waktu yang tidak sebentar untuk memahami ilmu pengetahuan. Dan butuh waktu yang lebih lama dari itu, untuk melupakan”

2019

 

BACALAH!

Tanggal 17 bulan kesembilan
di empat puluh tahun genap usianya
setelah berpuluh-puluh kali
ia pulang pergi dari
sebuah Goa

rindu terlahir kali pertama
dibantu tangan cahaya
–enam ratus sayap di pundaknya

“Bacalah, bacalah, bacalah
atas nama TuhanMu!”

Ia dingin dan gemetar
dahinya meneteskan keringat
“aku tak bisa membaca!”

sampai tiga kali
ia mengulanginya.
dan menangis

Tapi cahaya itu terus membacakan
ayat-ayat rindu sampai tanda kelima

Ia pulang sambil kecemasan.
rindu mengambil jeda sekian lama
untuk kemudian terus hadir
duapuluhduatahun lamanya

Bacalah
atas nama TuhanMu
yang menciptakanmu dari
‘alaq, dan mengajarimu
melalui kata-kata

2019


Jamil Abdul Aziz lahir di Bandung, 21 Oktober 1992. Beberapa karyanya antara lain:  Menjemput Cahaya (Javakarsa Media, Yogyakarta: 2013), Luka (Javakarsa Media, Yogyakarta: 2014), Rumah Rindu (Gaksa Enterprise, Cilegon: 2018). Kini aktif mengajar di Institut PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an), Jakarta.

Editor: Irwan Yusdiansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button