oleh Muhammad Daffa
PETUAH KORAN MINGGU
koran minggu sedang libur
ketika kau masih asyik mendengkur
perutmu keroncongan
honor puisi
tak setimpal
dengan buku-buku diktat
harga selangit
ada yang terus ingin
jadi penyair
kepingin selfie gratis
setiap minggu tiba
memajangnya di internet
penyair sudah mati
koran minggu tak akan berkabung
rubrik puisi masih tetap oke
sementara kau sudah jauh membaca waktu
kata-kata yang bersendiri
akhirnya merasakan kiamat sugra
mati ditelan seremoni presenter
di siaran swasta
Banjarbaru, Januari 2020
SEEKOR ANJING MELOMPAT KE DALAM BUKU PUISI
katakan, manisku
mengapa pada puisi ini
seekor anjing yang rindu pelukan
malah terlelap di pangkuan kata-kata?
adakah ia mencintaimu
lebih dari puisi?
segala yang kau sebut penyair
telah lama berkubang senyap
tak mengerti ada majas yang gigih bertahan
Surabaya, Januari 2020
LAWATAN MAWAR HITAM
kembang-kembang musim, bergoyang di pucuk-pucuk angin, mengudap biru bahasa
mekar di ujung pagi. kembang-kembang musim, yang gugur sebagai anonim, mengunduh cerita
roman ke dalam mulut penyair yang kehausan kata. kekeringan rima. sampaikan salam setangkai mawar hitam
kembang-kembang musim, barangkali ingin kau telisik lebih dalam, seduri-duri, sesunyi-sunyi, kembang-kembang musim
rekah ia mencumbu payudara matahari, matahari yang melintas pelan di atas senin, senin yang menjauh
ke dalam tubuh minggu, minggu yang jenuh, kembang-kembang musim, apalagi namanya jika tak dapat kau terka
ke ujung-ujung bahasa, umpama ibu mencari haru, umpama bahagia mencari tawa, umpama lawatan anak belasan tahun
ke ranah-ranah romansa, menculik peri cantik, memberinya jatah ciuman
seperti kembang-kembang musim, rekah seduri-duri, ranum sesunyi-sunyi
Surabaya, September 2019
PERKABUNGAN AIR MATA
malam menghilang ke dalam air matamu
jejaknya serupa bulir firman:
merenung relung yang berkabung
pergi ke peluk dukacita
mencari kau di dalam kenangan yang lain
tak ada jalan selain terus menanam cinta
tubuh lama menempuh jalur waktu yang kikis
tersapu masa lalu, rindu menabuh kecemasan
hati yang riuh
menafsir kata pulang
apakah kau
tetap merawat
bayang-bayang
yang membakar mimpi
kobarnya terbaca
silam hari
menghanyutkan firman
terakhir,
berbatas igauan
mereka yang tak juga kembali
: puing-puing waktu
membaca narasi
yang hilang suara
digempur kecamuk musim
Banjarbaru, Juli 2019