LEBAK, biem.co – Tak disangka-sangka, kalimat itu yang tersematkan di pembukaan tahun 2020 dengan adanya bencana alam banjir bandang yang menimpa wilayah Jabodetabek dan Lebak, Banten. Terlebih di beberapa wilayah di Lebak mengalami kelumpuhan aktivitas, belasan ribu warga mengungsi, serta belasan sekolah tak beroperasi.
Beberapa lembaga kemasyarakatan, organisasi, serta komunitas tentu tak tinggal diam melihat kejadian tersebut. Mereka bergotong royong dalam mengulurkan bantuan kepada korban.
Salah satunya komunitas Stand Up Indonesia yang merupakan induk dari komunitas Stand Up Comedy, bekerja sama dengan komunitas daerah Stand Up Indo Rangkasbitung menyalurkan bantuan bencana.
Kepada biem.co, salah satu perwakilan dari Stand Up Indo Rangkasbitung, Andis, menuturkan pihaknya melakukan penggalangan dana sejak Kamis (2/1/2020) hingga Minggu (5/1/2019) dini hari.
Menurut Andis, rasa kepedulian masyarakat terhadap bencana ini sangat tinggi, terlihat dari banyaknya yang ikut berdonasi.
“Awalnya inisiasi dari anak-anak terus bicara langsung ke Standup Indonesia. Maka dari itu, karena Stand Up Indo Rangkasbitung yang terdekat dengan lokasi bencana, jadinya dari Standup Indonesia dana diarahkan ke kami,” terang Andis saat dihubungi via WhatsApp.
“Saya selalu komunikasi sama teman-teman yang sudah lebih dulu ke lokasi, yakni dari STKIP Setia Budhi. Mereka yang hampir setiap hari bolak-balik lokasi, jadi kami koordinasi dan dibantu mereka buat tahu apa kebutuhan serta ke mana bantuan diarahkan,” sambung Andis.
Andis menyampaikan, bantuan tersebut telah disalurkan ke daerah Bintangsari dan Lebak Gedong yang merupakan wilayah terparah dampak banjir.
“Donasinya kita berupa sembako, makanan instan, susu bayi, obat-obatan, pakaian, pakaian dalam wanita, masih banyak lagi,” terangnya.
Andis mengaku kaget melihat kondisi di sana lantaran seluruh rumah rata dengan tanah. Begitu pula jembatan dan jalanan yang hancur.
“Yang ada di pikiran saya waktu itu, buat recovery dan membangun lagi semua ini pastinya butuh waktu yang sangat lama, bahkan ada satu desa yang semua rumah hanyut enggak bersisa,” ungkapnya.
“Harapannya ke depan penebangan pohon untuk pembangunan harus lebih diperhatikan lagi, sih. Enggak cuma membangun infrastruktur, tapi juga harus seimbang antara pembangunan dan reboisasi,” tutupnya. (dion/red)