KOTA SERANG, biem.co — Ada yang tahukah perilaku sepele yang sering dilakukan laki-laki seperti bersiul terhadap wanita, atau sapaan tidak sopan, “Hai, Cantik, mau ke mana?”, sapaan absurd “Cewek, sendirian aja, nih? Mau abang temenin, nggak?”, atau perhatian yang tidak masuk akal “Kok, cemberut aja, Neng? Lagi sedih, ya?”, dan sebagainya. Itu termasuk ke dalam sikap pelecehan seksual terhadap wanita atau catcalling. Karena yang dilakukan itu membuat para wanita merasa tidak nyaman.
Seorang peneliti dan ahli dalam topik kekerasan berbasis gender, Holly Kearl menemukan bahwa perempuan yang mengalami pelecehan seksual di jalanan terutama catcalling akan mengalami dampak secara psikologis.
Adapun dampak catcalling secara psikologis yang ditemukan Holly Kearl yaitu merasa kurang aman ketika berada di tempat umum, membatasi waktu dan menyebabkan kerusakan emosional.
Hal demikian pun sering terjadi di lingkungan sekitar, seperti yang dialami oleh mahasiswi FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Kampus C Ciwaru, Ratih. Ia mengaku merasa risih dan takut ketika ada yang menggoda di jalan.
“Pernah beberapa kali digodain ketika berada di pinggir jalan oleh oknum sopir angkot. Memang awalnya manggil buat menawarkan naik angkot, tapi kok lama-lama nada dan cara bicaranya malah jadi kayak ngegoda gitu,” ujarnya, Sabtu (29/12/2019).
Tidak hanya di Kampus Untirta Ciwaru saja Ratih mendapat catcalling, tapi juga hal tersebut juga sering ia alami di beberapa titik keramaian di Kota Serang seperti alun-alun, patung, dan terminal Pakupatan.
“Kalau lagi jalan-jalan atau lagi nunggu angkutan umum, ada aja yang suit-suitan atau manggil neng-neng. Yah meskipun gak terlalu sering juga. Tapi kan jadi risih dan takut,” ucapnya.
“Yah kalau boleh jujur mah kepinginnya saya tegur. Tapi kan takut,” katanya sembari ngepalin tangan (ungkapan kesal). (iy)
