Kesehatan

Sulit Mengenali dan Menyampaikan Emosi? Mungkin Anda Mengalami Alexithymia

biem.co — Pernah menemui seseorang yang sulit mengungkapkan emosinya dengan baik? Walau dirinya sedang bahagia atau sedih? Untuk seseorang yang mengalami alexithymia, hal itu akan lebih sukar lagi.

Alexithymia merupakan ketidakmampuan seseorang mengenali dan mengungkapkan emosinya sendiri. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Berikut ulasannya, seperti dilansir dari nationalgeographic.grid.id.

Orang dengan alexithymia paham dengan yang dialaminya, namun tidak bisa mengungkapkannya. Namun alexithymia bukan di kategorikan sebagai suatu penyakit atau gangguan mental. Kondisi ini bersifat subklinis. Namun, tetap diakui keberadaannya.

Kondisi ini sering dikaitkan dengan depresi, PTSD, autisme, hingga skizofrenia. Studi yang terangkum dalam jurnal Neuropsychologia menyatakan bahwa kerusakan pada insula anterior otak yang memicu gangguan emosi, serupa dengan alexithymia. Insula anterior ialah bagian otak yang mengatur perasaa, perhatiandan kepekaan terhadap rangsangan panca indra. Banyak para ahli menduga, pemicunya adalah faktor genetik atau trauma masa kecil. Dan tentu ini belum bisa dikatakan alasan pasti.

Tingkat keparahan dan akibatnya berbeda pada setiap orang. Ada yang masih bisa mengenali perasaannya, bahkan ada yang tidak bisa sama sekali. Sebagian dari pengidapnya tak menyadari kondisi ini terjadi padanya. Dampaknya adalah frustasi pada penderita dan orang-orang di sekitarya. Karena sulitnya berkomunikasi satu sama lain.

Ciri-cirinya sebagai berikut:

Tidak mampu menyampaikan perasaan dengan baik dan mengenali emosinya.
Merasa tidak puas akan hidupnya.
Cara berpikirnya logis dan kaku.
Tak punya selera humor dan menjauhkan diri dari lingkungan.
Kesulitan merespons emosi orang lain, termasuk ekspresi wajah dan nada bicara.

Alexithymia dapat ditangani dengan mendatangani psikolog dan berkonsultasi dengannya. Sehingga diketahui pemicunya, dan menjalani terapi. Terapi yang bisa dilakukan antara lain terapi kelompok, skill-based therapy, dan lain sebagainya. Psikolog akan membantu dalam mengenali emosi dan persasaan.

Kendati bukan masalah mental, kondisi ini tetap harus ditangani karena berdampak pada kehidupan. Perlahan tapi pasti, terapi rutin bersama psikolog dapat membantu mengatasinya. (rai)

Editor: Irwan Yusdiansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button