KOTA SERANG, biem.co – Provinsi Banten mendapatkan peringkat tertinggi dalam persoalan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di tingkat nasional dengan 8,11 persen. Hal itu membuat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Serang angkat bicara.
Menurut Ketua Umum HMI Cabang Serang Abu Jihad Amin, jika melihat angka pengangguran tertinggi di lulusan SMK, program link and match Pemprov Banten belum menunjukkan hasil.
“Ya harus digarap serius (link and match), karena membangun tak melulu soal infrastruktur jalan,” tegas Abu saat ditemui di Gedung Serbaguna Mahasiswa Islam Kepandean, Kota Serang, Selasa (5/11/2019).
Abu juga meminta Gubernur dan Wakil Gubenur Banten fokus dalam perbaikan penanganan pengangguran, sehingga Banten tak lagi menduduki posisi pertama pengangguran secara nasional.
“Ayolah, ini bukan soal Pak Wahidin dan Pak Andika, apalagi soal siapa yang mengisi jabatan apa. Tapi soal nasib rakyat Banten, yang harusnya sudah tidak lagi banyak yang nganggur,” terangnya.
Menurut Abu, Banten penyumbang pengangguran disebabkan tutupnya salah satu industri swasta di Tangerang Selatan dan efisiensi BUMN PT Krakatau Steel.
“Gubernur dan wakil gubernur harus juga mampu menjaga iklim investasi. Termasuk mendorong dibukanya usaha-usaha berbasis ekonomi kreatif untuk menjadi daya tarik masyarakat Banten. Jangan hanya cuma slogan mandiri dan berdaya saing,” tutur Abu.
“Perusahaan BUMN, swasta baik berskala besar hingga kecil, harusnya menjadi perhatian. Karena apapun yang dilakukan gubernur dan wakilnya tidak lain berujung pada kesejahteraan masyarakat. Kalau dibalikkan, berarti warga Banten bisa dibilang paling banyak tidak sejahteranya,” tambahnya.
Sementara itu di tempat berbeda, Sekretaris Bidang Partisipasi Pembangunan (PPD) HMI Cabang Serang Faisal Dudayef juga meminta kepada Pemprov Banten untuk lebih serius dalam menangani pengangguran di Banten.
“Disayangkan saat pemerintah sedang menggenjot insfrastruktur, tapi di sisi lain malahan pengguran meningkat, ini tentu miris melihatnya. Saya harap pemerintah bisa cepat fokus dalam menurunkan tingkat pengangguran,” tegasnya.
Ia mengakhiri, peningkatan pengangguran dikhawatirkan berdampak secara sosial kepada masyarakat.
“Nantinya bisa saja masyarakat nekat melakukan tindakan kriminal untuk menyambung hidupnya. Hal itu juga membuat sebagian dari mereka yang penggangguran mengambil jalan pintas sebagai sarana menyambung hidup,” pungkasnya. (juanda/red)