biem.co – CEO Kremov Pictures Darwin Mahesa siap menggarap film terbaru berjudul Saidjah & Adinda. Darwin akan berperan sebagai sutradara sekaligus penulis skenario dari film yang diadaptasi dari novel ‘Max Havelaar’ Bab 17 karya Multatuli ini.
Sebelumnya, kisah Saidjah dan Adinda sendiri telah diadaptasi menjadi cerita rakyat berbentuk buku, opera hingga teater. Bahkan di tahun 1976, muncul film ‘Max Havelaar’ yang diproduksi Belanda. Namun menurut Darwin, film tersebut tak membahas secara keseluruhan kisah tentang Saidjah dan Adinda.
“Hingga detik ini belum ada yang memproduksi filmnya. Kami mencoba untuk menjadi yang pertama dalam produksi film Saidjah & Adinda dari filmmaker lokal. Karena kami yakin, cerita ini sangat istimewa,” ungkapnya kepada biem.co, Kamis (3/10/2019).
Keinginan memproduksi film Saidjah & Adinda memang sudah ada di benak Darwin sejak lama. Di tahun 2014, ia sempat melakukan riset kecil-kecilan. Namun baru di tahun 2019 inilah Darwin bisa merealisasikan harapannya tersebut.
Kini, Darwin pun masih terus melakukan risetnya. Ia bergerak mengunjungi Museum Multatuli dan banyak berdiskusi dengan sang kepala museum, Ubaidillah Muchtar yang tahu betul dengan kisah Saidjah dan Adinda.
“Ini masih tahap awal. Saya masih menulisnya sendiri dan tidak menutup kemungkinan akan mengajak penulis skenario profesional,” ujarnya.
Di samping membedah naskah, mencari lokasi hingga menyiapkan properti, audisi bintang untuk film Saidjah & Adinda pun telah dibuka. Darwin mengajak generasi muda untuk turut serta dalam film ke-25 Kremov Pictures ini.
“Kami membuka audisi bukan sekadar mencari pemain film, tapi juga mengampanyekan sejarah Multatuli dengan ceritanya Saidjah Adinda. Apalagi tahun depan adalah ulang tahun ke-200 Multatuli,” terang sutradara ‘Tirtayasa: The Sultan of Banten’ tersebut.
Lewat film bergenre drama ini, Darwin berharap cerita tentang Saidjah dan Adinda bisa diketahui masyarakat luas. Lebih dari itu, ia juga ingin mengapresiasi sosok Mulatutuli yang berani membongkar penindasan pribumi yang terjadi di Banten tahun 1856 silam.
“Saya yakin, ‘Max Havelaar’ bukanlah sekadar novel fiksi, tapi banyak fakta yang dapat dibuktikan dalam cerita tersebut,” ucapnya.
Dikatakan Darwin, proses pra produksi Saidjah & Adinda akan berjalan hingga lima bulan kedepan. Sementara proses syuting akan dilakukan di awal tahun 2020.
“Untuk lokasi masih belum semua ditentukan. Namun, Lebak sudah pasti menjadi salah satunya. Lebak itu kaya dengan kearifan lokal, potensi wisata dan budaya. Hal-hal itu akan banyak ditampilkan dalam film Saidjah & Adinda,” pungkas pria kelahiran Cilegon, 21 Agustus 1992 itu. (hh)