Komunitas

Kohati Angkat Derajat Gerakan Keperempuanan dengan Intelektualisme

YOGYAKARTA, biem.co —  Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menjadi lokasi Koordinator Nasional (Kornas) Korps HMI Wati (Kohati), sekaligus perayaan milad Kohati yang ke-53.

Kegiatan tersebut mengangkat tema Menakar Kontribusi Gerakan Keperempuanan untuk NKRI. Dengan tema tersebut, Kornas Kohati mencoba untuk mengangkat derajat gerakan keperempuanan, melalui semangat intelektualisme untuk mengentaskan permasalahan-permasalahan perempuan yang ada.

Ketua Kornas Kohati, Apri Harianti, mengungkapkan bahwa populasi penduduk di dunia saat ini, didominasi oleh perempuan. Tidak hanya mendominasi dari segi populasi kependudukan, melainkan juga mendominasi dalam segi persoalan.

“Kita tidak bisa pungkiri, lebih dari 50 persen penduduk dunia ini adalah perempuan. Persoalan-persoalan yang ada di Indonesia pun saat ini mayoritas merupakan persoalan perempuan,” ujarnya dalam sambutan Milad Kohati ke-53, Jumat (20/09/2019) kemarin.

Apri mengatakan persoalan perempuan yang saat ini terjadi, merupakan persoalan yang mendasar.

“Persoalan tersebut meliputi persoalan-persoalan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan persoalan dasar lainnya,” terangnya.

Berlandaskan pada kondisi tersebut, Apri menuturkan bahwa pihaknya berupaya dengan keras, untuk bagaimana derajat gerakan keperempuanan, dapat lebih maju dan lebih baik lagi terutama dalam gerakan intelektualnya.

“Oleh karena itu, yang saat ini kami angkat adalah bagaimana opini perempuan, dapat menyaingi bahkan mengalahkan pemikiran laki-laki. Dimana opini satu perempuan, mengalahkan 10 opini laki-laki,” tegasnya.

Sementara itu, Kader Kohati HMI MPO Cabang Serang, Hadiroh, mengamini apa yang disampaikan oleh Kornas Kohati. Menurutnya, saat ini sudah bukan zamannya perempuan dianggap lebih rendah dari laki-laki.

“Pola pemikiran kuno seperti itu, sudah tidak layak lagi pada saat ini. Karena perempuan bisa melakukan perubahan di masyarakat. Perspektif perempuan yang dianggap lemah harus benar-benar dihilangkan,” ucapnya.

Ia menuturkan, di Kota maupun Kabupaten Serang saat ini, masih banyak orang tua yang memiliki pandangan bahwa anak perempuan tidak perlu bersekolah yang tinggi. Sehingga, banyak di antara mereka yang dinikahkan di usia dini.

“Menikah diusia muda tidaklah salah. Tapi yang salah adalah pola pemikiran kuno yang mengatakan bahwa tugas wanita hanya menjadi ibu rumah tangga semata. Sedangkan pada zaman milenial seperti sekarang ini, wanita harus mengedepankan intelektualnya untuk berkarya, sehingga membawa perubahan selain hanya menjadi ibu rumah tangga biasa,” tandasnya. (*)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button