YOGYAKARTA, biem.co – 12 penerbit di Yogyakarta yang tergabung dalam Konsorsium Penerbit Jogja (KPJ) resmi melaporkan perkara pembajakan buku yang disebar dan dijual secara terang-terangan di kios-kios buku di Shopping Center Yogyakarta.
Ke-12 penerbit yang dimaksud adalah CV Gava Media, Media Pressindo, Pustaka Pelajar, CV Pojok Cerpen, PT Gardamaya Cipta Sejahtera, PT Galang Media Utama, PT LkiS Pelangi Aksara, Penerbit Ombak, PT Bentang Pustaka, CV Kendi, CV Relasi Inti Media, dan CV Diva Press.
“Ini merusak ekosistem penerbitan buku dan merugikan dunia penerbitan. Ini harus dilawan dan dibawa ke muka hukum,” kata Hisworo Banuarli, salah satu perwakilan KPJ, dalam keterangannya, Senin (26/8/2019).
Laki-laki yang kerap disapa Hinu OS ini memimpin rekan-rekannya di penerbitan untuk mengepalkan keyakinan yang sama bahwa pembajakan buku ini mestilah dilawan. Untuk itulah, Hinu OS yang didampingi sejumlah pengacara dari PBH IKADIN mendatangi Polda DIY dan memberikan laporan rinci.
Atas laporan itulah, pihak Polda mengeluarkan surat No. LP/0634/VIII/2019/DIY/SPKT yang isinya menerima laporan pihak KPJ yang diwakili Hinu OS alias Hisworo Banuarli. Dalam laporannya, ia menyertakan sejumlah judul buku yang dibajak pihak tak bertanggung jawab di Shopping Center Yogyakarta.
Pelaporan bertanggal 21 Agustus 2019 itu merupakan upaya penerbit-penerbit di Yogyakarta dalam menyikapi pembajakan buku yang semakin masif dan terbuka. Bahkan, buku belum resmi beredar di toko buku, bajakannya sudah muncul terlebih dahulu di kios-kios buku.
Hinu mengungkapkan bahwa akibat pembajakan ini, penerbit yang mengolah naskah hingga terbit sebagai buku kehilangan pendapatannya.
“Buku itu sebelum terbit melewati proses yang panjang. Di sana ada editor, desainer isi dan sampul, pembaca ahli, dan seterusnya. Penerbit mengeluarkan dana besar untuk pembiayaan-pembiayaan itu. Pembajakan membuat penerbit limbung,” lanjut Hinu.
Menurut Muhidin M. Dahlan, perwakilan KJP lainnya, dalam hal ini bukan hanya penerbit yang dirugikan, penulis pun kehilangan pendapatannya berupa royalti dari proses industri perbukuan.
“Menulis buku itu berat. Jika kau pegawai negeri, gaji bulananmu masih bisa menopang kehidupanmu dan kehidupan keluargamu. Namun, jika kamu hanya mengharapkan royalti buku untuk kehidupan finansialmu, hidupmu pasti akan sialan,” tukas Muhidin.
Diketahui, telah banyak buku-buku populer yang dibajak di Shopping Center Yogyakarta. Mulai dari Pramoedya Ananta Toer, Eka Kurniawan, Seno Gumira Ajidarma, Puthut EA, Dewi Lestari, Andrea Hirata, Tere Liye, Agus Noor, Edi AH Iyubenu, Fiersa Besari, hingga Joko Pinurbo. (hh)