biem.co – Arah gerak Technologically Less developed Nations (TLDN) seringkali dipengaruhi dan menjadi objek eksploitasi Technologically Advanced Nation (TAN). Demikian disampaikan Saswinadi Sasmoyo, Guru Besar Teknik Kimia ITB.
Menurut Saswinadi, ada beberapa persyaratan agar dapat diberlakukannya pengindustrian inteligensi untuk terbebas dari kebergantungan.
“Adalah komitmen dan alokasi dana yang yang memadai untuk investment pada pengindustrian inteligensi, dan komponen-komponen kunci sistem pengindustrian inteligensi, misalnya perguruan tinggi, lembaga penelitian, dapat menghasilkan output yang relevan yang mendukung industri yang berdaya saing,” kata Saswinadi, dalam keterangan yang diterima biem.co, Minggu(24/8/2019).
Dalam buku berjudul ‘Pengindustrian Inteligensi’ yang dibahas di acara Jeans, Book & Coffee oleh Levi’s Outlet Store Pancoran, Saswinadi menyebut bahwa tiga industri yang disarankan dapat memenuhi kriteria pengindustrian inteligensi adalah budidaya, kriya dan pariwisata.
Baca Juga
“Di dalam ke tiga industri itu untuk diarahkan pada bioteknologi, ditunjang oleh pengembangan energi berbasis biomassa dan radiasi matahari,” ujarnya.
Buku ‘Pengindustrian Inteligensi’ juga merangkum gagasan Saswinadi Sasmojo terkait upaya-upaya meningkatkan kapasitas nasional dalam sains dan teknologi, serta upaya-upaya meningkatkan berfungsinya sains clan teknologi di dalam tata kehidupan bermasyarakat.
“Melalui kedua upaya tersebut, diharapkan dapat terhimpun khazanah ilmu dan kemampuan berteknologi serta berindustri. Yang pada akhirnya membawa masyarakat Indonesia lebih mampu mewujudkan kemerdekaan berbangsa dan bernegara,” tutur Saswinadi.
Dikatakan Saswinadi, fakta selama ini menunjukkan bahwa bangsa-bangsa yang kuat kemudian memiliki pengaruh besar di dunia, pada umumnya adalah mereka yang mencurahkan upaya-upaya dan daya pikirnya kepada penguasaan pengetahuan—khususnya sains dan teknologi—sekaligus unggul di dalam memfungsikan sains dan teknologi tersebut.
“Pemetaan sejumlah potensi yang dimiliki Indonesia, serta tantangan yang masih harus dihadapi negara kepulauan ini, membawa kesimpulan tentang pentingnya menjadikan pengindustrian inteligensi sebagai proses panjang pendayagunaan inteligensi potensi insani dalam pencarian solusi teknologi yang dapat dimanfaatkan secara komersial dan dipertanggungjawabkan secara sosial, sebagai landasan utama mencapai cita-cita tersebut,” pungkasnya. (hh)