biem.co — Sebanyak 74 individu dan lembaga yang dinilai berprestasi di bidangnya masing-masing serta dianggap memberi teladan kepada masyarakat akan mendapatkan apresiasi dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Plt Kepala BPIP, Hariyono dilansir dari detikcom, Selasa (13/8/2019) mengatakan, salah satu hambatan pengarusutamaan Pancasila adalah minimnya keteladanan.
“Kenapa? Bukan karena tidak adanya teladan, tetapi kurangnya sosok-sosok teladan yang diangkat di dalam ruang publik,” katanya.
Lebih lanjut, Hariyono menuturkan Pancasila adalah ideologi masa depan. Sehingga dirinya berharap apresiasi itu akan memberikan inspirasi untuk membangun prestasi bangsa.
“Kami ingin menekankan bahwa Pancasila sebagai ideologi masa depan diharapkan bisa memberikan inspirasi untuk membangun prestasi dan reputasi bangsa depan,” imbuhnya.
Sementara itu, Deputi Pengendalian dan Evaluasi BPIP, Rima Agristina mengungkapkan, pemberian apresiasi tersebut merupakan rangkaian peringatan hari proklamasi kemerdekaan RI ke-74 dan dikemas dalam sebuah acara bertajuk ‘Apresiasi Prestasi Pancasila 2019’.
“Apresiasi prestasi Pancasila tahun 2019 ini akan dilaksanakan di Colomadu, Karanganyar, Solo, Jawa Tengah pada 19-21 Agustus 2019. Di sana akan dilaksanakan kegiatan dalam bentuk apresiasi, kemudian juga dikemas dalam kemasan konser kebangsaan,” tuturnya.
Adapun acara akan dimulai dengan seminar bertajuk ‘Pancasila sebagai Platform Pembangunan Manusia dan Kebudayaan’ di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) serta wilayah Solo dan sekitarnya. Acara dilanjutkan dengan malam penganugerahan dan penobatan 74 individu dan lembaga penerima prestasi Pancasila.
Dari 74 individu dan lembaga yang menjadi ikon prestasi dibagi ke dalam 4 kategori. Antara lain kategori sains dan inovasi yang di dalamnya terdapat nama Asya Aurealya Maharani dan Anggina Rafiyri yang disebut sebagai penemu obat kanker.
Kemudian ada kategori olahraga yang di dalamnya ada nama Lalu Muhammad Zohri. Selanjutnya, ada kategori seni dan budaya yang di dalamnya terdapat nama Iwan Fals, Yoseph Anggi Noen, serta sosialpreneur Bripka Bastian Tuhuteru dan Serka Darwis serta Komunitas Adat Sunda Cirendeu.
Rima menyebut penerima apresiasi berasal dari berbagai usia. Penerima apresiasi paling muda berusia 11 tahun atas nama Samanta Edisthso, atlet catur cilik asal Bandung dan penerima apresiasi tertua pada usia 96 tahun atas nama Profesor Saparinah Saldi, Guru Besar dan aktivis perempuan asal Jakarta.
“Penerima apresiasi ini ada yang dari usia 11 tahun sampai 96 tahun. Ini mudah-mudahan memberikan teladan pada masyarakat untuk berprestasi,” tandasnya. (Eys)