Oleh Mahdiduri
Saya tidak menjadikan koran sebagai bagian dari hidup saya lagi. Saya memenuhi kebutuhan berita secara online. Dan kalau saya sedang rapat dan ingin mencatat semuanya, saya menuliskannya di gawai saya. Sepenuhnya terhubung dengan perangkat kantor, jadi saya memiliki semua file yang dibutuhkan – Bill Gates
biem.co – Konsumsi akses internet masyarakat Indonesia terus meningkat, situs eMarketer merilis Indonesia menempati urutan ke enam sebanyak 123 juta pengguna pada 2018 kemarin. Bahkan peningkatan tersebut juga dicatat oleh Hootsuite dan We Are Social, pada Januari 2019 pengguna internet di Indonesia sudah tembus 150 juta jiwa! Dari total jumlah itu, penggunaan smartphone menduduki posisi teratas, disusul oleh PC laptop/desktop baru kemudian Ipad. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi peralihan sumber informasi dari cetak (koran/majalah/tabloid/buku) ke daring, berdasarkan hal tersebut, maka hal wajar, jika beberapa ahli memrediksi industri koran/majalah akan gulung tikar pada 2020.
Bagaimana dengan Banten? Pada Mei 2019, Asosiasi Penyelenggara jasa internet Indonesia (APJII) dan Polling Indonesia merilis Banten menjadi penyumbang penetrasi terbesar ke tiga se Indonesia sebanyak 35% setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Ini berarti dari total penduduk Banten sebanyak 12,203,148*, ada sekira 4,5 juta pengguna aktif internet dan 94,46 persen darinya mengakses internet dari smartphone.
Entah realita yang saya paparkan diatas juga menjadi landasan atau tidak oleh pelaku industri pers di Banten tetapi secara pasti, mereka berbondong-bondong menggeser platform medianya ke situs daring. Hal itu saya dapatkan dari hasil penelusuran jejak digital situs mereka. Sampai tulisan ini dibuat, setidaknya ada sekitar 121 siber media di Banten, tersebar di 8 kab/kota. Hal ini tentunya mengagetkan, mengingat selama ini saya hanya mengetahui beberapa media siber saja di Banten. Saya pun menelisik lebih jauh keberadaan dan konten mereka, berikut temuannya:
Sebaran dan Status Media Siber di Banten
Sebelum lebih jauh, ada baiknya kita batasi dulu yang dimaksud dengan media siber yang sedang dibahas ini dengan mengacu pada pedoman media siber yang dikeluarkan oleh Dewan Pers, dijelaskan bahwa media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana Internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers. Jadi media siber merupakan sebutan bagi situs-situs daring yang berisi aktifitas/konten jurnalistik (pemberitaan).
Dari 121 media siber yang tersebar di delapan kab/kota di Banten, Kota Serang sebagai ibukota Provinsi Banten tercatat memiliki media siber terbanyak (39 media), disusul Kota Tangsel (24 media), Kota Tangerang (18 media), Kota Cilegon (9 Media), Kab. Tangerang (7 media), Pandeglang (6 media), Lebak (6 media), Kab. Serang (3 media). Terdapat juga media yang tidak diketahui domisilinya (9 media).
Dari semua media siber yang didata, hanya 92 media siber yang aktif (mengupdate konten/beritanya perhari) sementara 29 lainnya tidak aktif (update konten terhenti berbulan-bulan atau situsnya sudah tidak ada).
Sistem Penamaan dan Ekstensi Domain Media Siber
Hal menarik lainnya adalah kecendrungan pemilik media siber memilih nama medianya, reratanya nama domain media siber di Banten menyesuaikan dengan lokasi domisili. Label daerah mendominasi nama sebagai akhiran atau awalan, contohnya adalah faktabanten.co.id, bidikbanten.com, bantenraya.com, liputanbanten.co.id, tangerangnet.com, tangerangekspres.co.id, suaratangsel.com, jurnaltangerang.co.
Untuk ekstensi domain, ternyata .com lebih banyak dipakai sebanyak 69 media, .co.id sebanyak 35 media, .id sebanyak 9 media dan .co sebanyak 8 media. Perbedaan ekstensi domain tersebut memang tidak diatur oleh Dewan Pers, setiap media siber diberikan kebebasan untuk menentukan domainnya.
Sumber Iklan dan Pola Persaingan
Iklan adalah sebuah keniscayaan bagi keberlangsungan media siber di manapun, tak terkecuali media siber di Banten. Semua media siber bersaing untuk mendapatkan iklan, baik itu melalui kualitas layanan atau kedekatan dengan pengiklan. Dari hasil amatan, iklan media siber di banten 85% bersumber dari APBD provinsi/kab/kota, sisanya dari pihak swasta. Hal itu nampak dari banyaknya iklan advertorial kegiatan pemerintah atau iklan ucapan dari pejabat di tiap media siber. Bisa dikatakan media siber di Banten masih ‘nyusu’ APBD, belum bisa sepenuhnya menarik iklan dari pihak swasta.
Potensi iklan di pemerintahan memang terbilang cukup besar, pada 2019 ini pemprov Banten melalui Diskominfo melelang iklan untuk media online sebesar 1,8 milyar. Jikapun dibagikan rata dengan 92 media siber yang aktif, maka masing-masing mendapatkan 19,5 juta/media. Realitanya satu media siber bisa mendapatkan lebih dari itu, mengingat distribusi iklan tersebut nantinya hanya dibagikan pada media-media pendukung pemenang tender. Potensi itu juga datang dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya yang memang diberikan kewenangan mengelola iklan sendiri, belum lagi dengan adanya fasilitas cashback menjadi daya tarik bagi pengiklan. Dalam skenario terburuk, media siber juga sering dimanfaatkan oleh oknum sebagai daya tawar/tekan atas sebuah kasus (ini pun nilainya luar biasa). Sumber lain iklan langganan adalah DPRD Provinsi/Kab/Kota.
Platform Media Siber
Untuk manajemen kontennya, dari 92 media siber yang dibahas, sebanyak 75 diantaranya menggunakan platform Wordpress, HTML5 sebanyak 12 media, sementara bootstrap sebanyak 2 media, dan blogger sebanyak 4 media sedang codeigniter hanya dipakai oleh satu media. Banyaknya penggunaan wordpress sebagai Content Management System (CMS) dapat dipahami, karena kemudahaan dalam mengoperasikannya (tidak perlu memahami/menguasai koding). Bahkan Wordpress diakui sebagai pemegang market share CMS terbesar didunia dengan angka 59.9%.
Top Ten Media Siber di Banten
Kehadiran situs Alexa.com (sebuah situs layanan data komersial terkait traffic web) memberi pengaruh besar terhadap eksistensi dan konsistensi sebuah media siber. Dalam hitungan detik, kita bisa mengetahui rangking global maupun lokal (Indonesia) sebuah web. Bahkan saat ini di beberapa daerah sudah menerapkan rangking Alexa sebagai sebuah standar penilaian layak atau tidaknya media siber mendapatkan iklan pemerintah. Sayangnya di Banten, hal tersebut belum diterapkan, tarik menarik kepentingan distribusi iklan masih kuat. Faktor kedekatan, atau adanya tindak penekanan terhadap OPD masih jadi penentuan media siber yang mendapat iklan, belum pada taraf profesional karena kelayakannya.
Variabel penilaian berdasarkan data Alexa saya rasa sudah komprehensif, mulai dari statistik pengunjung, durasi kunjungan, halaman web yang dibaca, bahkan kita bisa membaca data persaingan keyword antar media siber yang saling berkelindan dan masih banyak lagi.
Saya pun mencoba merangking ke 121 media siber yang ada di Banten, didapat range rangking antara 600 – 189 ribu. Saya pun memilahnya sehingga didapatkan sepuluh media siber di Banten teratas dari sisi jumlah kunjungan (rangking di Indonesia), (1) bantenhits.com berada di rangking 669, (2) rmolbanten.com dirangking 922 (3) pelitabanten.com dirangking 3.039 (4) bantennews.co.id dirangking 5.630 (5) kabar-banten dirangking 5.911 (6) biem.co dirangking 7.545 (7) tangerangnews.com dirangking 10.674, (7) radarbanten.co.id dirangking 11.066 (8) indolinear.com dirangking 11.690 (9) titiknol.co.id dirangking 11.690 (10) tangerangonline.id dirangking 14.733. (data diambil per 1 Agustus 2019).
Rangking tersebut bersifat dinamis, tergantung dari strategi media siber untuk mendatangkan pengunjung, hanya saja dari pantauan saya selama dua bulan, kesepuluh media tersebutlah yang konsisten mengembangkan konten-kontennya serta memerhatikan kebutuhan pembaca.
***
Saya kira kita sepakat dengan ungkapan ‘Beragama itu gunakan dalil sedangkan berbisnis gunakan data statistik’, sebuah ungkapan yang mengajak para pelaku bisnis online untuk menjadikan data sebagai pondasi dalam berbisnis online. Pun media siber tak bisa menghindari kebutuhan data jika ingin berkembang. Move On yuk!
Penulis adalah Kepala Penelitian dan Pengembangan Teknologi biem.co