biem.co – Sebagai agen perubahan untuk dunia, anak muda dituntut untuk bisa merangkul para penerus bangsa dari setiap generasi juga menempatkan diri agar mampu memberikan edukasi yang bisa diserap oleh generasi tersebut.
Di Indonesia sendiri, sudah banyak organisasi-organisasi berbasis sosial yang hadir dengan maksud dan tujuan yang hampir sama, yakni memajukan pola pikir masyarakat untuk kemajuan bangsa yang dermawan. Tak heran jika tahun 2018 Indonesia menjadi negara paling dermawan nomor satu di dunia.
Seperti salah satu organisasi berbasis sosial yang hadir di Tangerang ini, Organisasi Pemuda Pemudi Sosial (PPS) hadir dengan harapan dapat melahirkan generasi yang memiliki kepedulian sosial tinggi dan berguna bagi kehidupan sosial serta kelestarian lingkungan hidup.
Terbukti karena telah berbagai macam aksi yang dilakukan organisasi ini pada setahun terakhir, yakni penggalangan dana untuk bencana gempa bumi Palu dan Donggala, memperkenalkan permainan tradisional kepada anak-anak untuk mengurangi penggunaan gadget, edukasi mengenai pemilahan sampah dan sistem 3R kepada anak-anak.
Yang kita tahu di zaman ini, memang sulit sekali melihat anak-anak bermain permainan tradisional karena tertutup dengan alat teknologi yang lebih menarik bagi mereka, di situlah peran organisasi PPS untuk hadir membangkitkan kembali edukasi tentang permainan tradisional, seperti bakiak dan enggrang, saat itu organisasi ini memulai dengan anak-anak dari Komplek Pengayoman Tangerang.
Tidak hanya itu, selain fokus memberikan edukasi sosial antar sesama manusia, Organisasi Pemuda Pemudi Sosial juga fokus memberikan edukasi kelestarian lingkungan hidup, karena jelas saja yang hidup di bumi ini bukan hanya manusia, dan setiap makhluk harus kita berdayakan. Bertempat di Perumahan Periuk, organisasi PPS memberikan edukasi mengenai pemilahan sampah dan sistem 3R kepada anak-anak di sana.
Topan Bagaskara selaku pendiri organisasi menjelaskan bahwa kegiatan PPS dinilai positif oleh warga setempat, “Alhamdulillah membawa perubahan yang positif juga kepada kehidupan sehari-hari warga setempat, seperti mulai melakukan pemilahan sampah rumah tangga dan mendaur ulang sampah-sampah plastik yang masih bisa digunakan,” ujarnya pada biem.co.
Namun, ada beberapa kendala yang sudah organisasi ini lalui, seperti kurangnya sumber daya manusia pada saat hari H pelaksanaan, karena adanya sebagian anggota atau panitia yang memiliki urusan mendadak yang lebih genting.
Sedangkan, kendala yang dialami ketika pra kegiatan adalah kurangnya pemasukan dana, namun kendala kurangnya dana tersebut dapat diatasi dengan mencari dana tambahan dari berjualan ataupun mencari sponsor kegiatan.
Walau beberapa kendala sudah dilalui, organisasi PPS tidak putus semangat dan terus komitmen dengan tujuannya, seperti yang diujarkan Topan Bagaskara.
“Keadaan sosial di negeri ini pada masa sekarang cukup memprihatinkan, terlihat dari setiap individu yang mulai kurang mempunyai rasa sosial terhadap sesama akibat arus teknologi yang semakin maju. Keadaan seperti ini perlu dikurangi, maka dari itu kami hadir untuk menjembatani dan meminimalisir keadaan seperti ini, khususnya kepada pemuda,” ujarnya.
Semoga organisasi PPS bisa terus memberikan kesadaran kepada setiap masyarakat akan kepedulian mereka terhadap kesenjangan sosial dan lingkungan yang sedang menjadi isu global. (uti)