biem.co – Siapa yang tidak kenal Aqua? kebanyakan dari kita tetap menyebutnya Aqua pada saat hendak minum atau membeli air mineral walaupun dengan merek yang berbeda. Sama halnya seperti Indomie, Baygon, Rinso, Molto, Softex, Pampers, Handyplast, Pylox, Chiki, Stabilo, dan beberapa nama produk lain yang mungkin saya mulai lupa namanya. Memang salah satu keuntungan menjadi produk pelopor itu selain awalnya tidak punya saingan, juga memiliki kesempatan besar untuk menguasai pangsa pasar. Saking seringnya produk pelopor tersebut terdengar dan terucap dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat menjadi terbiasa menyebut nama barang yang sejenis produk pelopor tersebut dengan nama mereknya atau biasa disebut dengan majas metonimia.
Dalam pelajaran bahasa Indonesia, majas metonimia masuk kedalam kelompok majas perbandingan yaitu gaya bahasa yang menggunakan merek atau istilah sesuatu untuk merujuk pada benda umum, misalnya untuk menghilangkan dahaga sebaiknya minum aqua saja, aqua yang dimaksud disini adalah air mineral, bisa jadi mereknya aqua, bisa juga merek lainnya. Selain dalam kehidupan sehari-hari majas ini sering juga digunakan dalam banyak karya sastra sebagai pelengkap gaya bahasa.
Tetapi menjadi pelopor itu tentu saja tidak mudah, seperti perjuangan Pak Tirto Utomo membangun bisnis air minum dalam kemasan yang diremehkan dan dihina oleh banyak orang. Bagaimana tidak, ide ini seperti hendak menjual pasir di padang pasir atau berjualan es krim di kutub utara. Di Indonesia saat itu belum ada yang menjual air putih dalam kemasan, sumber air bersih masih melimpah ruah dan kebiasaan orang kita adalah minum dari air tanah yang telah direbus. “Kamu itu kok aneh-aneh, di Indonesia ini air sampai banjir-banjir, lah kok kamu mau jualan air putih,” tegur salah seorang petinggi Militer Indonesia.
Kemudian apa yang terjadi? Dalam buku 50 Great Business Ideas from Indonesia oleh M. Maruf diceritakan, bahwa meski Tirto dan saudara-saudaranya sudah mempelajari cara memproses air minum dalam kemasan di Thailand yang lebih dulu memiliki teknologinya dan merancang bisnis air minum dalam kemasan tersebut dengan sedemikian baiknya, ternyata Aqua tidak laku. Masyarakat Indonesia merasa sudah cukup minum dengan air tanah yang di rebus.
Setidaknya perlu waktu sepuluh tahun aqua bekerja keras supaya bisa masuk ke pasar lokal dengan segala upaya, strategi dan edukasi. Mindset masyarakat pun mulai terbentuk, market air minum dalam kemasan semakin terbuka luas, dan nama aqua sudah sangat melekat di kehidupan masyarakat Indonesia. Walau pun semakin banyak kompetitor air minum kemasan masuk ke Pasar Indonesia, namun nama aqua tetap ada hingga kini dan mudah didapat mulai dari Supermarket besar hingga warung-warung kecil, mulai dari kemasan terbesar galon 19 Liter hingga kemasan terkecil dalam gelas ukuran 240 Mililiter atau biasa kita sebut dengan aqua gelas.
Baca Juga
Semua orang pasti pernah minum aqua gelas, baik itu dalam keseharian dirumah, ditempat kerja, dirapat, pengajian, resepsi pernikahan, reuni dan kegiatan lainnya. Coba perhatikan, sebagian besar dari kita banyak yang membiarkan air tersisa didalam kemasan gelas tersebut. Bahkan sebelum air didalam gelas kemasan itu habis, kita sudah mengambil kembali aqua gelas yang baru. Kelihatannya memang sepele, tetapi sesungguhnya kita sedang melakukan pemborosan atau hal-hal yang tidak bermanfaat. Bayangkan, jika semua sisa air dalam kemasan gelas itu dikumpulkan, betapa banyak air minum yang terbuang sia-sia.
Kalau dalam setiap gelas air mineral yang kita minum tersisa sepertiganya, maka kurang lebih dari setiap dus aqua gelas yang kita konsumsi ada sekitar 3 liter air yang terbuang percuma. Berapa dus kita semua membeli aqua gelas dalam setiap bulannya? Sementara kita sering membaca saudara-saudara kita di daerah lain mengalami krisis air bersih. Di Ciamis misalnya, seorang Ibu sudah dua minggu lamanya harus mengambil seember air bersih dengan berjalan kaki sejauh 500 meter, setiap pagi, siang dan sore. Dan hal yang sama juga dilakukan oleh 315 kepala keluarga di kampungnya yang kesulitan air bersih untuk masak dan minum.
Banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai bentuk solidaritas kita pada saudara-saudara kita yang sedang kekurangan air bersih, mulailah dari diri sendiri dengan mengambil air minum secukupnya, menghabiskan air minum di gelas kemasan, tidak perlu basa-basi dengan mengambil aqua gelas dan menusuknya dengan sedotan apabila memang sedang tidak haus, biasakan membawa air minum dalam botol yang sewaktu-waktu masih bisa diminum kembali sampai airnya habis. Jangan sia-siakan usaha Pak Tirto Utomo yang telah berupaya sekuat tenaga mengangkat air mineral ke level yang bisa dihargai dengan sikap kita yang kurang menghargai keberadaan air mineral. Bencana dan musibah itu bisa terjadi kapan saja dan menimpa siapa saja, dan bayangkan apabila tiba saatnya menimpa kita. [*]
Irvan Hq adalah adalah CEO biem.co, menyebut dirinya sebagai Entrepreneursleep. Di sela waktu padatnya bekerja di sebuah perusahaan, Irvan menyempatkan diri untuk membuat tulisan singkat. Kolom Catatan Irvan ini adalah kanal yang merangkum catatan kecilnya mengenai berbagai persoalan sosial kehidupan.