oleh: Moch. Didi Kurniawan
Lungkrah
punggungnya turun sekian derajat
ke dekat tungku dan nyala api kayu
di bawah bintang, ia bertanya kabar anak-anaknya di kota
kepadaku yang selalu menangis tiap kali langkahnya jauh
kota yang membuat mereka tak pandai menulis surat
dan memahami bahasa.
ke dekap tungku, ia tahu
turun derajat api ingatnya.
2019
Baca Juga
Dejavu
tidur rumputan teduh
mengingkari jalan
ke rumah.
aku menginjaknya,
hingga tulang daun dan sulurnya terhina.
dimakinya telapak sepatu,
dimakinya ketuk bunyi yang berat satu sisi
padamu
seperti kekalahan
yang gugup dan dungu.
2019
Baca Juga
Tereman
matahari di kitaran bayang
mengaji waktu yang tanggal,
orang-orang jauh datang
membawa senapan.
lalu sesal alangkah aduh,
mengingat kicau yang pergi
dari dengaran.
2019
Moch. Didi Kurniawan, lahir di Surabaya 18 September 1994. Sementara tinggal di Bangkalan. Aktif di beberapa komunitas seni dan literasi. Mengajar seni tingkat pelajar. Beberapa karya telah dimuat di media cetak, di antaranya: Voice of Law (Lembaga Pers Fakultas Hukum UTM 2017), Surabaya Pos (2018), Kabar Madura (2018), Pancawarna (2018), Spirit Mahasiswa (Lembaga Pers Universitas Trunojoyo Madura 2019). Karya dalam antologi bersama: Pelangi Karya (Komunitas Desah 2015), Notasi Kecambah (Komunitas Desah 2016), Merah Marhaban (Antologi Keluarga), Bangkalan dalam sastra Indonesia (Bangkalan Literary Festival 2018).