LOMBOK, biem.co — Siklus musim kemarau telah memasuki puncaknya di Juli ini. Kekeringan pun terjadi di beberapa wilayah Indonesia, termasuk Pulau Lombok. Warga mulai kesulitan memperoleh air bersih. Mereka harus berjalan beberapa kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih.
Mengetahui hal itu, Aksi Cepat Tanggap Nusa Tenggara Barat (ACT NTB) bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) kembali mendistribusikan kebutuhan air bersih untuk masyarakat Lombok, khususnya mereka yang tinggal di Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, beberapa waktu lalu.
Dalam keterangannya, Kepala Program ACT NTB Romy Saefudin menyebut Desa Sajang dan Beluk Petung menjadi wilayah dengan tingkat kekeringan terparah saat ini.
“Sejak pemulihan gempa, ACT masih menyuplai kebutuhan air warga di kedua desa tersebut,” kata Romy.
Tak hanya itu, seiring meluasnya kekeringan, Romy mengatakan, ACT akan berikhtiar menambah armada untuk menyuplai kebutuhan air bersih warga di beberapa desa Lombok Utara dan Lombok Timur.
“Program Sumur Wakaf masih terus berjalan di beberapa lokasi yang dinilai sangat membutuhkan air bersih,” lanjut Romy.
Diketahui, ACT NTB melalui Global Wakaf kini tengah memetakan penambahan lokasi pengeboran Sumur Wakaf. Menurut laporan Romy, asesmen masih dilakukan di daerah Gunung Sari, Lombok Barat dan Bayan, Lombok Utara, juga di beberapa wilayah Lombok Timur.
“Sumur Wakaf ini akan dibangun untuk menyuplai kebutuhan air bersih warga. Untuk lokasi yang kekeringannya tidak begitu parah akan disuplai dengan armada water tank sampai kondisi warga kembali normal,” lanjut Romy.
Program Sumur Wakaf pun akan diikhtiarkan menjangkau Bima, Dompu, dan Sumbawa. “Beberapa wilayah di sana juga mengalami kekeringan,” tambahnya.
Untuk diketahui, sebelumnya Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) merilis status kekeringan di NTB yang sudah memasuki level Siaga. Provinsi ini sudah mengalami lebih dari 31 hari tanpa hujan (HTH). (hh)