biem.co – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menjadi salah seorang pembicara pada 1st United Nations (UN)-Habitat Assembly, yang digelar 27-31 Mei 2019 mendatang di Nairobi, Kenya.
UN-Habibat merupakan organisasi sayap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membahas mengenai isu-isu permukiman.
Pada pertemuan ini, Ridwan Kamil didaulat untuk berbicara mengenai inovasi dan kolaborasi yang digagas Pemprov Jawa Barat dan strategi pembangunan Jawa Barat tentang kualitas hidup perkotaan serta pengalamannya sebagai wali kota Bandung.
Dikutip dari kompas.com, pria yang akrab disapa Emil itu mengaku turut bangga lantaran mendapat kehormatan menjadi pembicara utama dalam pertemuan yang diadakan setiap 20 tahun sekali itu.
“Ini adalah kehormatan bagi kami khususnya bagi Jawa Barat, karena diundang untuk memberikan pidato di forum besar ini,” katanya, Sabtu (25/5/19).
Ia berharap, dapat membawa nama baik bangsa serta menjadikan Indonesia percontohan progres negara berkembang menuju negara maju yang juga fokus pada sustainable dan green development.
“Di sana kita akan berkolaborasi dengan PBB, para kepala negara, dan para kepala daerah di bawah naungan PBB untuk pengembangan pembangunan Jawa Barat. Jadi, ini adalah kesempatan langka. Saya di sana kurang lebih selama dua atau tiga hari, setelah itu kembali ke tanah air,” tambahnya.
Dalam keterangan yang disampaikan UN-Habitat, Pemprov Jabar menjadi best practice dalam pembangunan ekonomi inklusif dengan berbagai inovasi sosial dan teknologi, yang diperkuat dengan kolaborasi yang solid antara pemangku kebijakan serta pastisipasi komunitas.
Jabar juga dinilai menjadi teladan dalam pelibatan organisasi informal, di samping organisasi formal, dalam meningkatkan potensi lokal.
Sebagai contoh, pelibatan rumah ibadah (masjid, gereja, vihara) dalam penyaluran kredit dalam Kredit Mesra; program pemberdayaan desa oleh dan untuk masyarakat melalui program One Village One Product, CEO Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), serta Desa Digital.
Menurut Emil, PBB sedang menargetkan peningkatan kualitas pembangunan yang tidak hanya terfokus pada infrastruktur tapi pada pergeseran kepada sumber daya manusia, kepada kolaborasi, kepada teori Pentahelix, dan lain-lain.
“Mereka ingin mendengarkan pengalaman Jawa Barat, sehingga suatu hari Jawa Barat dijadikan percontohan bagaimana membangun masa depan yang adaptif dan lebih baik,” tandasnya. (eys)