Sosok

Cerita Desrial Tanjung, Menerima Perbedaan Fisik Berkat Komedi

KOTA SERANG, biem.coStand up comedy menjadi panggung hiburan yang kian fenomenal beberapa tahun belakangan. Profesi komika pun semakin banyak digandrungi, khususnya bagi kalangan muda.

Aksi komedi monolog yang dikenal di dunia sejak tahun 1960-an ini nyatanya tak sekadar sebagai hiburan semata. Lebih dari itu, stand up comedy telah mengubah hidup orang banyak. Hal itu pula yang diakui Desrial Tanjung, Top 20 Stand Up Comedy Academy (SUCA) 4 Indosiar.

Tanjung yang lahir dengan ketidaksempurnaan harus menjalani kehidupan yang berat sedari kecil karena perbedaan fisik yang dimilikinya. Ia terus dipandang berbeda oleh teman-teman sebayanya. Bahkan untuk berbicara dan bermain pun ia tak berani lantaran kepala miringnya diejek hampir setiap hari. Saat itu, Tanjung mengaku selalu pulang dalam keadaan menangis.

Beranjak dewasa, perlakuan orang-orang kepada dirinya masih juga sama. Tanjung yang tak kuat menahan bully hanya bisa membenci dirinya sendiri. Hingga suatu hari, pria asal Pontianak ini menemukan hal baru yang ternyata mampu mengubah kehidupannya secara perlahan, yakni stand up comedy.

“Di satu malam, saat saya mengacak channel TV, saya menemukan Koh Ernest (red: Ernest Prakasa) ngomongin tentang ras di acara SUCI Kompas TV. Ini ngomongin ras dia, berarti secara enggak langsung, dia ngomongin diri sendiri. Terus saya mikir, berarti saya juga bisa dong ngomongin diri saya sendiri terus bikin orang lain ketawa? Nah dari situ, saya mulai cari dan ketemulah komunitas Stand Up Indo Pontianak,” kisah Tanjung kepada biem.co, saat ditemui usai mengisi salah satu acara di Kota Serang beberapa waktu lalu.

Namun diakui Tanjung, perjalanannya bergabung di Stand Up Indo Pontianak sejak tahun 2013 itu pun tak mudah. Lagi-lagi, ejekan soal perbedaan fisik masih terus menghantuinya. Ia kerap pulang dalam keadaan marah. Namun enam bulan berjalan, perlahan ia mulai bisa berdamai dengan diri sendiri.

Melalui stand up comedy yang dilakukan Tanjung terus menerus itulah akhirnya semua keresahan yang ada di kepalanya sejak lama, bisa ia lebur satu persatu ke dalam panggung hiburan komedi dan menenangkan hatinya.

“Di stand up comedy, saya bisa menyalurkan apa yang saya resahkan, saya bisa jujur, saya ceritakan biar orang ketawa, terus saya damai. Sekarang saya sudah biasa saja. Sebelum orang-orang bisa ceng-cengin saya nih, saya udah ceng-cengin diri saya sendiri,” ungkapnya sembari menertawakan diri sendiri.

“(Stand up comedy) berpengaruh banget, sih. Mungkin kalau enggak ada stand up comedy, saya enggak akan sampai umur 20 tahun, karena dulu pernah coba bunuh diri. Kejam banget hidup, saya selalu dibilang beda, dalam arti kata bukan manusia,” tuturnya pelan.

Perubahan besar semakin ia rasakan setelah masuk ke acara pencarian bakat stand up comedy di televisi nasional. Tanjung yang berhasil lolos hingga babak 20 besar SUCA 4 itu pun bisa memiliki lebih banyak teman yang menerima dan terus mendukung dirinya.

“Negatifnya, sih, suka dibilang sombong karena udah masuk TV. Padahal, kan, kita cuma masuk TV doang, enggak ada yang beda. Tapi alhamdulillah-nya, sekarang lebih dikenal banyak orang. Orang kalau liat orang miring, wah ini Tanjung. Sekarang di Instagram, misalnya ada yang miring-miring kayak botol aqua, saya di-tag. Sampai akhirnya saya jadi bikin konten di Instagram pakai hashtag #cosplaytanjung. Haha,” ujar pria berambut ikal tersebut.

Tak hanya semakin dikenal, usai mengikuti ajang pencarian bakat itu juga Tanjung mendapatkan berbagai tawaran pekerjaan, mulai dari stand up comedy, sinetron, hingga web series. Sayangnya kesempatan-kesempatan itu belum berpihak kepada dirinya. Ia yang kini tinggal di Jakarta harus pulang ke Pontianak dalam waktu dekat untuk menjaga Ibunya yang sedang sakit parah.

“Beberapa (tawaran pekerjaan) ditolak, sih, karena mau pulang. Orang tua lebih penting. Mungkin kalau ada kesempatan, akan balik lagi ke Jakarta karena belum selesai perjalanannya. Sekarang fokus ngurusin Ibu dulu,” ungkapnya.

Meski begitu, ia mengaku bersyukur atas apa yang diraihnya saat ini. Ia akhirnya bisa menikmati kehidupan yang baik dan bangkit dari keterpurukan. Tanjung berharap, orang-orang yang memiliki keterbatasan seperti dirinya bisa terus berjuang untuk hidup dengan bahagia.

“Memang hidup tuh enggak semuanya pasti sama. Enggak semua orang kalau kita cacat, terus lihat orang lain yang normal itu sempurna. Mereka enggak selalu lebih baik dari kita. Tuhan kasih kekurangan, pasti ada kelebihan yang lain. Jangan pernah nyerah, karena kalau nyerah, sama saja kita enggak terima pemberian dari Tuhan. Ini, kan, spesial dari Tuhan. Kita ambil hikmahnya saja,” pesan Tanjung. (hh)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button