KOTA SERANG, biem.co – Kebutuhan manusia memang terbatas, namun keinginan manusia tidak ada batasnya. Sama halnya dengan cara pemerintah yang terus melakukan inovasi untuk kemajuan teknologi. Hal tersebut tentunya dilakukan agar masyarakat lebih mudah mengakses, tidak perlu mengeluarkan cost banyak, dan tentunya dengan harapan masyarakat bisa sejahtera. Namun semua itu ibarat teori belaka. Dalam praktiknya, akan ada human error atau kendala lain sehingga menghambat kemajuan sebuah negara dalam berbagai hal. Salah satunya adalah energi yang seharusnya masyarakat Indonesia sudah bisa merasakan dampak kesejahteraan sejak lama.s
Sexy Killers adalah film dokumenter persembahan Watch Doc yang menceritakan industri batu bara di Indonesia dan menjadi salah satu bisnis energi yang dikategorikan bisa merusak ekosistem bahkan sampai menelan korban jiwa. Tidak hanya orang dewasa, namun juga anak-anak kerap menjadi korban.
Acara ini digelar pada Selasa, (9/04/2019) di gedung PKM A Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten. Acara yang dimotori oleh Perpus Jalanan Pandeglang, Akar Rumput, dan Women March Serang ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa, namun terbuka pula untuk umum. Uniknya, tidak hanya membahas tentang permasalahan energi dan sumber daya alam, tetapi juga melakukan diskusi yang bertajuk Perempuan dan Polusi Udara.
Direktur Eksekutif Enter Nusantara, Mutia, sekaligus sebagai salah satu narasumber dalam acara ini mengatakan bahwa masih ada energi terbarukan yang ramah lingkungan dan dapat digunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.
“Lewat film Sexy Killers, secara langsung kita memberikan informasi dan menyadarkan bahwa energi yang kita pakai selama ini berdampak buruk bagi masyarakat,” ujarnya.
Mutia juga mengaku sangat senang karena mendapat respon yang baik dari audience yang hadir. Tidak hanya itu, lewat acara ini juga ia mendapat pandangan baru dari berbagai perspektif dalam membahas isu tentang energi dan perempuan. Mutia juga mengatakan bahwa membahas isu soal energi tidak hanya dapat dilakukan oleh kaum elite politik saja.
“Bahas energi itu enggak cuma menteri yang punya kepentingan, elite politik, atau aktivis saja. Tapi sadarlah bahwa kita selaku anak muda juga bisa, lho. Karena kita yang 30 tahun lagi bisa kena dampaknya dari kebijakan yang dibuat oleh mereka,”
Beliau berharap political will pemerintah lebih memperhatikan energi yang berkelanjutan dan berkeadilan, karena masih dirasa bahwa political will saat ini masih dilakukan untuk pihak-pihak tertentu, belum memikirkan masa depan masyarakat Indonesia. Ia juga berpesan untuk anak muda agar menyampaikan tentang energi yang mereka tahu dengan cara mereka sendiri.
“Memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien sangatlah diperlukan untuk keberlangsungan hidup umat manusia di masa yang akan datang. Namun untuk mencapainya, saat kegiatan operasional dilakukan juga harus dilakukan secara tertib agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Berbagai pihak mulai dari legal, sampai keselamatan, kesehatan, dan kerja wajib mengikuti prosedur yang telah disepakati. Tidak hanya mengikuti prosedur kerja, namun memikirkan keselamatan nyawa umat manusia,” tutupnya. (FS)