Komunitas

Kisah Kontemplasi di Balik Berdirinya TBM Rumah Ilmu

KOTA SERANG, biem.co – Kawasan Perumahan Puri Anggrek Serang kini terlihat lebih produktif dengan keberadaan taman bacaan masyarakat (TBM). TBM Rumah Ilmu, demikian nama taman bacaan ini, dikelola oleh Sartika Ruri Kusbandiyah, seorang ibu rumah tangga desa setempat.

Berdirinya taman baca tersebut tak lepas dari keresahan yang muncul dalam diri pribadi Tika, sapaan akrab sang pengelola. Pengalamannya menghabiskan banyak waktu di luar rumah saat berwirausaha membuat ia kerap meninggalkan anak dan hanya bisa menitipkannya di tempat penitipan anak (TPA).

Ketika waktu bergulir, usaha dan pekerjaannya pun mengalami goncangan, Tika saat itu menyadari ia tengah berada dalam titik terendah di hidupnya.

“Di titik terpuruk itu saya mencoba mengevaluasi, anak-anak terlantar, hasil yang kita cari pun hilang. Saya akhirnya menjual rumah baru yang lebih luas itu dan pindah kembali ke sini, ke rumah pertama. Di situ saya sadar, bahwa rumah yang luas atau lapang bukan dalam bentuk fisik, tapi dimana rumah itu setiap harinya selalu dilantunkan Al-Quran, disibukkan dengan kegiatan menuntut ilmu,” ungkap Tika saat ditemui biem.co di TBM Rumah Ilmu, Minggu (03/03/2019).

Lantas, hal tersebut yang membuat Tika akhirnya memilih untuk membuka fasilitas belajar bagi anak-anak, mulai dari bimbingan belajar (bimbel) dan calistung, baca tulis Al-Quran, tahfidz Al-Quran dan berbagai program lainnya.

Kini, harapan Tika bisa kembali menjadi ibu sepenuhnya pun terealisasi. Ia bahkan menjadi guru untuk banyak anak-anak di Puri Anggrek Serang. Kendati demikian, Tika kemudian membentuk TBM Rumah Ilmu sebagai wadah memperkaya wawasan dan kreativitas masyarakat setempat.

Dari situ pula, ia mulai sedikit demi sedikit menyicil bahan bacaan sebagai bagian dari pelayanan TBM Rumah Ilmu.

“Setelah terbentuk taman bacaan ini, bagaimana saya bisa memfasilitasi ibu-ibunya untuk bisa ngaji di sini, biar balance. Jadi saat anak-anaknya ke rumah, ibu-ibunya juga sudah terbina. Makanya terbentuklah kajian muslimah, pelatihan kerajinan dan kuliner, pembinaan janda, dan beberapa program sosial yang rutin dilakukan,” ujarnya.

Adapun dana untuk kegiatan-kegiatan TBM Rumah Ilmu yang telah berjalan satu tahun ini diakui Tika ia peroleh dari infak bimbel anak-anak. Tika juga kerap menyisihkan sebagian hasil usaha laundry miliknya untuk digunakan dalam kegiatan sosial. Hal itu ia lakukan agar sebisa mungkin mandiri dan tak meminta anggaran ke sana-sini.

“Ibu-ibu di sini selain ngaji, mereka juga punya kreativitas. Hasilnya kita sisihkan berapa persen, dari kuliner beberapa persen. Dalam satu bulan kita kumpulkan, dan termasuk ngaji malam pun. Kita gratis, tapi ada saja orang tua yang kasih. Kita alokasikan untuk kegiatan sosial,” terang Tika.

Sesuai dengan visinya mendirikan taman bacaan, Tika berharap TBM Rumah Ilmu yang dikelolanya dapat menjadi wadah bagi anak-anak hingga orang dewasa untuk bisa mengimplementasikan bakat dan kemampuan mereka.

“Yang akhirnya bisa membuat mereka menjadi mandiri dan ilmunya bermanfaat, serta hasilnya bisa bermanfaat untuk banyak orang. Kemudian titik akhirnya bisa menjadi manfaat untuk bekal di akhirat,” pungkasnya. (hh)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button