biem.co – Ada sebuah adagium yang menyatakan: “don’t judge a book by its cover” atau jangan menilai suatu buku dari sampulnya saja. Yap, ungkapan itu tentu sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, dimana kita dilarang menilai seseorang atau sesuatu hanya dengan melihat penampilan luar atau fisiknya saja.
Hal itu tampaknya related dengan sosok dosen Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) yang akan kita bahas satu ini. Tidak seperti yang terlihat, raut wajahnya yang tegas dan sedikit kaku membuat orang yang tidak mengenalnya menyangka dirinya itu galak.
Padahal sebenarnya, dia adalah sosok yang hangat, lembut, dan enak untuk diajak berdiskusi. Berdiskusi dengannya, senantiasa menambah wawasan dan ilmu. Selain itu, selalu terdapat pesan tersirat dari apa yang didiskusikan bersamanya yang membuat pikiran “terasah”. Siapakah sosok dosen itu? Beliau adalah Dr. Azmi Polem, S.AG., SH., MH.
Kanda Azmi (red: panggilan akrabnya), saat ini menjabat sebagai Kaprodi S2 Hukum Untirta. Ia merupakan sosok yang begitu menggilai dunia organisasi. Terbukti, dirinya pernah mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pemuda Pancasila, pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Universitas Padjajaran, Sekretaris Umum Badko HMI Aceh, dan lain-lain.
Pencapaian demi pencapaian yang beliau dapatkan saat ini tentu tidak datang begitu saja, namun berkat kerja keras dan air mata. Hal itu dikatakannya saat ditemui awak biem.co di kantornya di gedung Pascasarjana Untirta.
“Berada di titik sekarang, sejujurnya tidak mudah. Teringat dulu bagaimana perjuangan untuk kuliah dari Strata Satu (S1) sampai Strata Tiga (S3) dengan biaya sendiri. Selesai kuliah S1 di Lampung saat itu saya merantau ke Bandung untuk melanjutkan kuliah S2 di Universitas Padjajaran. Cukup berat, tapi karena tekad dalam diri yang kuat untuk menambah keilmuan, maka semuanya saya lakukan,” katanya.
Pengalaman hidup sebagai seorang aktivis kampus, begitu membekas pada sosok dosen yang lahir pada 28 Februari 1974 ini. Seakan semuanya menjadi modal untuk terus melangkah, memberikan perubahan-perubahan kecil bagi orang-orang di sekitarnya. Selain itu beliau juga tak jarang mengajarkan bagaimana membuat loncatan demi loncatan, untuk menerobos keterbatasan hidup.
Menurut Azmi, masa bermahasiswa perlu untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena saat itu kita akan diterpa persoalan yang nyata. Menikmati dinamika berlembaga untuk pembentukan karakter, bukan sekedar menyelesaikan jumlah SKS semata.
“Saat menjadi mahasiswa saya merasakan bagaimana hasrat intelektual saya seperti menggila, hasrat itu tentunya harus disalurkan dengan benar. Caranya seperti apa? Saya berpikir jika tidak melalui proses diskusi dan membaca buku-buku, maka hasrat itu akan tersalurkan dalam organisasi, karena itu semasa menjadi mahasiswa saya aktif berorganisasi,” ungkapnya.
Di tengah kesibukannya memimpin Prodi S2 Hukum Untirta dan menjadi sahabat untuk adik-adiknya di organisasi, Azmi selalu menyisihkan waktunya setiap hari untuk membaca. “Urusan kampus memang menyibukkan tapi saya selalu membaca buku paling tidak 20 menit setiap harinya,” tuturnya.
Baginya, kesibukan itu adalah sebuah keberuntungan. “Satu yang saya yakini, organisasi itu sangat bermanfaat, mungkin belum bisa dilihat hasilnya, tapi minimal relasimu bertambah dan dari mereka itu dapat mendatangkan rezeki,” tambah Azmi.
Azmi berprinsip, kehidupan akademik dan organisasi adalah sesuatu yang saling mengisi dan melengkapi. “Bagi saya akademik tetap nomor satu, akan tetapi organisasi adalah satu kesatuan yang melengkapi akademik, akademik di sini berfungsi untuk meningkatkan soft skill,” lanjutnya.
Dengan berorganisasi, Azmi menilai dan membuktikan bahwa dirinya tidak tertinggal dari orang lain. “Justru saya rasakan kesuksesan datang lebih cepat dari perkiraan,” tandas dosen yang berasal dari Aceh ini. (eys)