biem.co — Sobat biem suka makan sosis atau kornet? Mulai dari sekarang harus lebih mengurangi konsumsi makanan ultra-proses seperti demikian. Sebab, makanan ini kaya akan garam, gula, dan zat tambahan lainnya. Kini, sebuah riset baru dari Perancis menunjukkan bahwa makanan ultra-proses dapat meningkatkan risiko kematian dini lebih tinggi.
Seperti dilansir dari Live Science, menurut penelitian, makanan ultra-proses adalah makanan yang mengandung banyak bahan dan diproduksi melalui banyak proses industri. Selain gula, garam, lemak, dan minyak, makanan ini mengandung zat tambahan seperti rasa, warna, pemanis dan pengemulsi.
Contoh-contoh barang ultra-proses termasuk makanan ringan kemasan yaitu es krim, permen, daging olahan, bar energi, makanan siap saji, makanan ringan, dan kue kering.
Penelitian sebelumnya telah mengaitkan konsumsi makanan ultra-proses dengan peningkatan risiko obesitas, tekanan darah tinggi dan kanker, tetapi tidak ada yang meneliti apakah makanan ini terkait dengan risiko kematian dini.
Dalam riset teranyar, para peneliti Paris University menganalisis data dari lebih 44 ribu orang dewasa berusia 45 tahun ke atas yang tinggal di Prancis. Responden secara berkala mengisi kuisioner tentang makanan yang mereka makan selama 24 jam sebelumnya dan selama sekitar 7 tahun. Selama riset berlangsung, terdapat sekitar 600 responden meninggal.
Rata-rata pada 600 responden tersebut, sekitar 30 persen dari kalori harian mereka berasal dari makanan yang diproses secara ultra. Setiap peningkatan 10 persen dalam porsi makanan ultra-proses responden diteliti memiliki risiko kematian 14 persen lebih tinggi selama periode studi 7 tahun.
Temuan ini dilakukan bahkan setelah para peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko kematian seseorang, seperti tingkat pendapatan dan pendidikan, indeks massa tubuh (BMI), aktivitas fisik, kebiasaan merokok, asupan kalori total, konsumsi alkohol, dan riwayat keluarga kanker atau penyakit jantung.
Penting untuk dicatat, bahwa studi ini hanya menemukan hubungan dan tidak membuktikan bahwa konsumsi makanan yang diolah secara ultra-proses menyebabkan kematian dini. Tetapi para peneliti berhipotesis bahwa makanan ini dapat berkontribusi pada rentang hidup yang lebih pendek, misalnya dengan meningkatkan risiko seseorang terhadap penyakit jantung, kanker dan penyakit lainnya.
“Konsumsi makanan ultra-proses sebagian besar telah meningkat selama beberapa dekade terakhir dan dapat mendorong meningkatnya beban kematian akibat penyakit yang tidak menular,” tulis para penulis dalam studi mereka, yang dipublikasikan secara online (11 Februari) dalam jurnal JAMA Internal Medicine.
Makanan ultra-proses dikenal memiliki kadar natrium dan gula yang tinggi serta serat yang rendah; komponen makanan ini mungkin berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung dan kanker.
Selain itu, ada kemungkinan bahwa bahan kimia yang ditambahkan atau diproduksi selama proses pembuatan dapat memiliki efek berbahaya. Sebagai contoh, beberapa proses yang digunakan untuk mengawetkan daging dapat menghasilkan senyawa yang disebut polycyclic aromatic hydrocarbon (PAHs), yang dapat menyebabkan kanker. Dan beberapa senyawa yang digunakan dalam kemasan atau penyimpanan makanan olahan, seperti bisphenol A (BPA), dapat mengganggu aktivitas hormon dalam tubuh.
Namun, para peneliti mencatat bahwa temuan ini harus dikonfirmasi pada populasi lain dan studi tambahan diperlukan untuk memahami bagaimana makanan ultra-proses dapat meningkatkan risiko kematian dini. (rai)