KOTA SERANG, biem.co – Berlatar belakang keluarga besar yang menggeluti “Dunia Percukuran” dari tahun 2014 hingga awal tahun 2019, Tri Angga Nugraha sosok pria kelahiran Bandung, 1 Juni 1989 kini sukses mendirikan dua outlet D’JAMHUR BARBERSHOP di Kota Serang.
Pria yang berlatar belakang pendidikan jurnalistik tersebut mengaku bahwa awalnya tidak terpikirkan sama sekali untuk terjun ke dunia percukuran, karena Angga mengawali kariernya di dunia hiburan.
“Gue sempet kerja di Pemerintahan, sempat juga jadi wartawan, sempat di dunia hiburan, nge-breakdance, kemudian nge-DJ. Awalnya gue menapaki jejak karir dengan breakdance, itu pas masih SMP. Setelah itu sudah mulai banyak campuran lah, tapi gue paling terlama nge-breakdance sih. Pada intinya dulu gue punya keinginan mungkin suatu saat pengen deh ibaratnya di dunia hiburannya main breakdance-nya jadi faktor ekonomi buat gue, tapi ternyata gak kejawab,” ujar Angga saat berbincang dengan awak biem.co, Selasa (5/2).
Dirinya menuturkan bahwa awal karirnya di dunia hiburan tidak mendapatkan dukungan dari keluarga, karena belakangan diketahui keluarga besar menginginkan Angga untuk berwirausaha dan almarhum ayahandanya menginginkan Angga untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
“Di keluarga gue itu gak pernah ada yang mendukung di dunia hiburan, tapi semuanya adalah gue selalu memaksakan apa yang keinginan gue dan ujung-ujungnya di keluarga itu pengennya kalau gak wirausaha ya jadi pegawai negeri gitu. Tapi udah gue jalanin dan gue keluar, mungkin bukan passion gw,” ucapnya.
“Jadi mulai tuh gue balik kanan mengikuti jejaknya (re: jejak karier almarhum ayah Angga) dengan di pangkas rambut yang dulu bokap gue jalanin,” lanjutnya.
Angga menceritakan bahwa pada tahun 2013 saat dirinya menjalani profesi sebagai DJ dan profesi tersebut, seperti dikatakan Angga, merupakan pekerjaan terakhir yang ia jalani di dunia hiburan.
“Itu pekerjaan terakhir gue dan gue dapat job di Bali (nge-DJ). Nah pulang dari Bali lah itu ibaratnya do’a bokap gue diijabah Allah. Kenapa gue pulang dari Bali jadi tukang cukur, padahal tujuan gue tuh bukan itu. Tujuan gue pengen nge-test aja. Sejujurnya gue gak tahu alasannya apa, gue gak bisa kasih alasan, apalagi saat itu di dunia hiburan, gue tuh lagi nyaman-nyamannya, lagi enak, lagi enjoy, lagi PW, nah pulang ke Serang eh malah jadi tukang cukur,” kata Angga.
Nama D’Jamhur sendiri diakui dirinya diambil dari nama belakang almarhum ayahandanya. Dengan seperti itu dirinya mengharapkan mendapatkan berkah dari penggunaan nama tersebut.
Kendati D’Jamhur sendiri hingga saat ini sudah mempunyai 2 outlet barbershop, sebelumnya Angga sempat membuka usaha serupa dengan beda nama. Penggunaan nama D’Jamhur sejak tahun 2016 silam.
Modal awal pendirian usaha tersebut dikatakan Angga bersumber dari tabungan, peminjaman serta dari orang tuanya. “Paling banyak sih dari tabungan dan peminjaman, kalau orang tua hanya beberapa persen sih,” tuturnya.
Dalam menjalani profesinya, Angga sempat mengalami down karena dirinya merasa “kolaps” karena baru pertama kali terjun di dunia usaha.
“Ya mungkin semuanya dari manajemen kaya apanya gue belum paham, kaya pemasukan uang, pengeluaran uang. Nah di saat itulah gue nge-down. Nah mungkin sekarang yang bikin bangkit lagi adalah rasa penasaran dan keyakinan gue lebih banyak untuk dunia barber-nya,” ungkapnya sambil sedikit merenungkan masa lalunya.
Sementara itu, keahlian mencukur rambut tersebut diakui Angga ada sejak tahun 2008. Keahlian tersebut ia dapatkan karena menginginkan sebatang rokok, yang kemudian dirinya ikut bekerja pada ayahnya dan kakaknya yang berprofesi sebagai tukang cukur.
“Gue bisa cukur itu cuma gara-gara rokok satu batang. Jadi zaman dulu lulus sekolah kalau nge-rokok itu nongkrong sama teman-teman, pada join. Tapi, ada satu teman meskipun dia bawa rokok 2 batang, dia gak mau diminta join. Sejujurnya saat itu gue merasa teman itu “mukul” gue, sampai akhirnya gue mikir untuk ngikut kakak dan bokap gue, jadi kasir sampai jadi tukang cukur,” paparnya sambil sedikit tertawa.
Terakhir Angga mengatakan, dalam kehidupan ini, tentu kita memiliki kehendak atau keinginan masing-masing. Jalani itu dengan serius, karena menurut Angga, tidak ada yang namanya bermain sambil bekerja.
“Gue tuh kadang berfikirnya kaya gini, emang semua itu kita yang ngejalanin, kita yang ngerasa ini passion gue bukan, karena kan tidak ada yang tau yah. Pada intinya seperti ini, semua orang, dimanapun orang itu tidak ada yang namanya bermain sambil bekerja. Itu tidak ada menurut gue. Yang ada adalah ibaratnya nyari uang ya nyari uang, main kita ya beda lagi, hal ini harus benar-benar diperhatikan,” tandasnya. (Iqbal)