LEBAK, biem.co – Menjamurnya kedai-kedai kopi di beberapa kota di Banten menjadikan produk kopi kembali menjadi idola. Meski begitu, saat ini kopi-kopi yang dijual bukan dari hasil pertanian di Banten, namun berasal dari daerah lain. Rata-rata berasal dari Aceh atau Wamena Papua.
“Kami membangun visi baru bahwa kopi harus dihidupkan kembali di daerah Banten,” ungkap pendiri Banten Heritage, Ali Fadilah usai acara Milangkala ke-16 Banten Heritage di Museum Multatuli, Kabupaten Lebak, Banten, akhir pekan kemarin, Sabtu (26/01/2019).
Dikatakan Ali, komoditas kopi sejak dulu, selain lada, menjadi produk unggulan dan identitas Banten.
“Kita harus memiliki identitas dari produk-produk unggulannya masing-masing dan waktu itu kita sudah terpikirkan untuk memiliki kopi Banten,” ujarnya.
Padahal pada zaman Belanda, sambung Ali, kopi robusta yang ditanam di Banten menjadi salah satu komoditas yang dipasarkan di Eropa. Berdasarkan kebijakan pemerintahan Belanda saat itu, kopi adalah salah satu produk yang bisa dipasarkan di Eropa.
“Salah satunya adalah kopi robusta yang ditanam petani di Banten,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) Provinsi Banten tersebut.
Dalam acara Milangkala tersebut, tamu undangan disuguhi Kopi Gunung Karang. Kopi tersebut merupakan hasil budidaya yang dilakukan Banten Heritage dan petani sekitar di sekitar sekretariat mereka di Kampung Cinyurup Kelurahan Juhut Kecamatan Karang Tanjung Pandeglang. (red)