JAKARTA, biem.co – Akhir-akhir ini ruang publik mulai banyak diisi oleh narasi atau wacana keagamaan yang cenderung berada di titik ekstrem, baik ultra konservatif ataupun liberal. Walhasil, kalangan pesantren, baik kiai dan santri sebagai salah satu pihak yang otoritatif dalam permasalahan keagamaan perlu didorong untuk dapat melakukan kontra narasi.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kamarudin Amin saat pemaparan Program Strategis Pendidikan Islam Tahun 2019, dalam Rapat Kerja Nasional Kementerian Agama, di Jakarta.
Melihat kondisi itu, Kemenag berencana memberi kesempatan bagi ustaz pesantren untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan melalui program beasiswa kuliah di dalam maupun luar negeri.
“Program ini dibuat dalam kerangka penyebarluasan moderasi beragama,” kata Kamaruddin, dikutip dari kemenag.go.id, Sabtu (26/01).
Rencananya, program yang akan dikelola Direktorat Jenderal Pendidikan Islam ini dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti pemberian beasiswa pendidikan santri dan ustaz di dalam maupun luar negeri, pelatihan anak kiai tentang manajemen pesantren, hingga pelatihan digital, dan menulis bagi kalangan santri.
“Kita ingin menjembatani otoritas ulama di pesantren dan perguruan tinggi yang selama ini berada di menara gading untuk turun di masyarakat untuk merebut otoritas ruang publik tadi,” ungkap Kamarudin.
Melalui program ini, imbuhnya, diharapkan dapat menghasilkan 5.000 Kiai sebagai penyeimbang 5.000 doktor yang telah dihasilkan Kemenag.
“Kemenag berharap dapat menjangkau lebih kalangan pesantren yang selama ini sesungguhnya telah bergelut dengan pemahaman keagamaan,” tutupnya. (Af)