KabarTerkini

Kemenristekdikti-ABPPTSI Banten Dorong Dosen Menulis Karya Ilmiah

KOTA SERANG, biem.co — Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan (Kemenristekdikti) bekerjasama dengan Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI) Banten, mendorong agar dosen membuat karya tulis ilmiah.

Hal tersebut terungkap dalam acara seminar bertajuk Strategi Pengembangan Karir Jabatan Fungsional Dosen di Kampus Unsera, Kamis (17/01).

Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti mengatakan, karya tulis ilmiah menjadi salah satu angka kredit dari penilian untuk mengembangkan karir dan mendapatkan jabatan fungsional dosen.

“Melalui penelitian ilmiah, dosen dapat mengembangkan karir dan mendapatkan poin dari karyanya itu, sehingga dosen bisa mendapatkan jabatan fungsional di kampusnya,” seru Ali Ghufron.

Keuntungan dengan memiliki jabatan fungsional, imbunya, salah satunya dosen akan mendapatkan tunjangan dari pemerintah. “Selain jabatan juga tunjangan,” tandasnya.

Namun demikian, kata Ali Ghufron, tidak semudah membalikkan telapak tangan dalam pembuatan penelitian. Pasalnya, dosen masih fokus dalam pembelajaraan di kelas daripada melakukan penelitian.

“Kebanyakan dosen masih fokus mengajar ketimbang membuat penelitian,” ungkapnya.

Oleh karenanya, jelasnya, tahun 2019 telah sepakat mengalokasikan dana abadi untuk penelitian sebesar Rp990 miliar. Anggaran tersebut khusus dialokasikan untuk inovasi, meneliti, dan mendorong dosen. Dosen kemudian bisa mentransformasi ilmunya dan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni agar terus berkembang.

“Itu untuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS),” tandas Ali Ghufron.

Tak hanya itu, lanjutnya, pihaknya mendorong kepada dosen-dosen muda khususnya, agar meningkatkan kualitas kompetensinya. Salah satunya cara membuat metodologi penelitian yang baik.

“Mengapa dosen-dosen banyak yang belum menulis, karena terlalu banyak mengajar. Makanya kita punya program sabadikelik. Itu dosen kita kasih waktu untuk merenung. Dengan merenung kami berikan anggaran. Silakan dosen memilih tempatnya. Tempat yang cocok. Yang bagus di mana termenungnya. Tapi tidak hanya termenung. Harus ada hasilnya dari termenung itu berupa proposal, ada karya tulisan. Jangan cuma termenung tapi tidak ada karyanya,”  ungkap dia.

Ali Ghufron menambahkan langkah nyata lainnya, pihaknya pun mengirimkan dosen-dosen terbaik ke universitas yang maju agar dapat menimba ilmu.

“Atau pun kita dari perguruan yang maju kita diminta untuk tinggal selama tiga bulan untuk mengajari dosen-dosen yang banyak untuk belajar bersama,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua ABPPTSI Banten Mulya R. Racmatoellah mengatakan, dalam mengawal pembangunan manusia, asosiasi badan penyelenggara pegawai swasta untuk membangun pendidikan tinggi yang belum ada di Jawa Barat dan Banten tentang desain, teknologi, dan matematika.

“Sumber daya manusia yang bermasalah ini, masih didesain teknologi dan sebagainya, bukan hanya jumlah kuantitas dosen tetap akan tetapi menjaga kualitas dosen, asisten ahli, lektol dan guru besar,” ujar Mulya.

Ia menjelaskan, program penguatan sebagai dosen tidak menjadi profesi sampingan yang utama mendorong pimpinan perguruan tinggi, para pengelola perguruan tinggi dan para ketua badan penyelenggara yang tergabung di asosiasi ini coba berikan apresiasi kepada para dosen.

“Dalam seminar asosiasi ini, coba berikan aspresiasi kepada para dosen supaya mendapat intensif, tunjangan fungsional sesuai orientasinya. Sebagai tenaga pendidik yang menjadi inti daripada pembangunan pendidikan tinggi di Banten,” pungkasnya. (IY)

Editor: Andri Firmansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button