biem.co — Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian berhasil menciptakan Digital Impinger, alat pemantauan kualitas udara ambien.
Alat berbasis teknologi Internet of Things (IoT) ini terdiri dari komponen seperti tranduser sensor-sensor gas, pompa-pompa vakum, sensor kecepatan alir gas, perangkat transfer data (Wifi atau modem) yang terhubung ke mikrokontroller.
“Pengoperasian Digital Impinger ini lebih mudah dan dapat juga dioperasikan melalui smartphone,” kata Kepala BPPI Kemenperin Ngakan Timur Antara dalam keterangan resmi yang dipublikasikan Kemenperin, Sabtu (!2/01).
Menurut Ngakan, pengaturan kecepatan alir pompa-pompa vakum dan waktu operasional lebih akurat. Secara berkala, Digital Impinger akan mengirimkan data melalui jaringan internet seperti Wifi atau modem ke server. Kemudian data ini dapat dilihat pada komputer PC, laptop atau smartphone.
“Data dari Digital Impinger yang dikirim ke server akan disimpan dalam database. Data ini dapat diakses dan ditampilkan sesuai kebutuhan kapan pun dan dimana pun. Data juga dapat dikalkulasi ulang dan dibuat secara statistik dalam bentuk grafik atau format lain,” paparnya.
Ngakan mengemukakan, Digital Impinger yang dibuat oleh tim peneliti BBIHP Makassar ini dilengkapi empat sensor (NH3, O3, H2S dan CO). Alat ini dapat juga dioperasikan sebagai impinger manual, karena BBIHP telah merancang tempat atau instalasi untuk botol-botol impinger sebanyak empat buah untuk mengantisipasi pengujian gas-gas lain yang belum memiliki sensor, seperti gas belerang oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), dan lain-lain.
“Namun pengoperasiannya tetap menggunakan smartphone,” tuturnya.
Disampaikan Ngakan, alat tersebut tidak bisa dioperasikan sebagai impinge manual lantaran tidak adanya tempat pemasangan botol-botol impinger. “Jadi hanya bisa mengukur kualitas udara ambien sesuai dengan sensor yang dimiliki,” jelasnya.
Seperti diketahui, udara ambien sendiri merupakan udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan dapat memengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Untuk mendapatkan udara ambien yang berkualitas baik, perlu dilakukan monitoring dan pengendalian pencemaran udara. Hal ini juga dibutuhkan oleh industri dalam mendukung proses produksinya.
“Artinya kami juga mendorong perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia untuk menerapkan standar industri hijau,” ujarnya.
Kemenperin saat ini bertekad untuk terus mendorong sektor industri manufaktur di Indonesia agar semakin meningkatkan kegiatan yang terkait dengan circular economy.
Adapun pengukuran kualitas udara ambien dalam rangka monitoring tersebut bertujuan untuk mengetahui konsentrasi zat pencemar yang ada di udara.
“Data hasil pengukuran tersebut sangat diperlukan untuk berbagai kepentingan, diantaranya untuk mengetahui tingkat pencemaran udara di suatu daerah atau untuk menilai keberhasilan program pengendalian pencemaran udara yang sedang dijalankan,” pungkas Ngakan. (hh)