KABUPATEN PANDEGLANG, biem.co — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo mengatakan bahwa hutan pantai menjadi salah satu upaya mitigasi dalam mengurangi risiko bahaya tsunami di masa depan.
Berdasarkan keterangan resmi yang dipublikasikan BNPB, Doni menyebutkan beberapa jenis pohon dapat ditanam dan cocok di pinggir pantai seperti pohon pule, ketapang, mahoni, waru, beringin dan kelapa.
“Ini sebagai tujuan kita mengurangi bencana, maka sejak sekarang kita siapkan. Kawasan di zona merah Selat Sunda ini sudah harus mempersiapkan diri dari sekarang. Mungkin 10 tahun, 20 tahun 30 tahun yang akan datang terjadi lagi perstiwa seperti ini (tsunami), masyarakat dapat terlindungi dan korban seminim mungkin,” ujar Doni saat berkunjung di Pantai Binuangeun, Pandeglang, Banten, Sabtu (12/01).
Pakar Tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Abdul Muhari menyampaikan bahwa hutan pantai ini dapat mengurangi laju energi tsunami dan menahan koral besar.
Abdul juga mengatakan karakter tsunami di kawasan ini membawa koral hingga 10 ton ke darat. Oleh karena itu, pohon-pohon dengan diameter besar dapat menahan laju koral tersebut.
Doni memberikan arahan bahwa penanaman pohon nantinya diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten setempat, termasuk melibatkan Dinas Kehutanan Provinsi.
“Penanaman nantinya memperhatikan juga berapa panjang pantai, dan setiap wilayah tentu ada lapisan,” terangnya.
“Kita minta Bupati untuk menyusun rencana dan mengajukan ke BNPB. Kebutuhan apa yang dapat kita usulkan nanti ke Kementerian Keuangan,” imbuhnya.
Doni menjelaskan beberapa upaya yang dapat dilakukan semua pihak, seperti kesiapsiagaan masyarakat yang menurutnya sosialisasi harus terus diberikan ke semua lapisan masyarakat oleh semua komponen, termasuk para ulama.
Masih dari sumber yang sama, dirinya menekankan pada latihan yang menyentuh hingga tingkat rukun warga yang berada di kawasan zona merah. Terakhir, Doni menyebutkan terkait dengan aturan, seperti peraturan daerah terhadap seluruh pengelola hotel untuk memperhatikan masalah konstruksi.
Kawasan pantai ini sebenarnya memiliki sebuah shelter tsunami. Lanjutnya, namun pembangunan shelter belum sempurna dikarenakan permasalahan administrasi.
Kendati demikian, Kepala BNPB berharap nantinya shelter yang sudah dibangun tersebut tetap dapat digunakan untuk kepentingan kebencanaan.
Berdasarkan jejak historis, kawasan Pantai Binuangeun pernah terdampak tsunami pada 300, 1.700 dan 3.000 tahun lalu. Tersimpan energi potensi bencana yang belum dapat diketahui kapan terjadinya.
Dengan adanya rekam jejak tsunami tersebut Kepala BNPB mengatakan bahwa hal tersebut menunjukkan pemda dan masyarakat setempat harus meningkatkan kesiapsiagaan.
“Dengan memperkuat upaya mitigasi, menyiapkan rute evakuasi, dan melakukan tata ruang yang berbasis risiko bencana,” pungkasnya. (Iqbal)