CILEGON, biem.co – Warga asal Cilegon, Riana Dwi Sagita, kini terbaring lemah di Rumah Sakit MRCCC Siloam Hospitals Semanggi. Diketahui, perempuan yang akrab disapa Riana tersebut tengah menderita penyakit Tuberculosis (TBC) Otak.
Riana yang merupakan salah satu satu Tenaga Teknis Kefarmasian di Unit Farmasi Rawat Inap, Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon ini semula didiagnosa mengalami Thypoid.
Tak lama usai kepulangannya dari rumah sakit tersebut, Riana kembali dikabarkan masuk rumah sakit dengan diagnosa berbeda, yakni Hipermesis. Penyakit tersebut membuat Riana tak bisa makan dan minum.
Disebutkan salah satu rekan kerjanya, Yostal, pada 23 Desember 2018 lalu, Riana mengalami kondisi yang aneh. Ia tak mengenali suami bahkan teman-temannya sendiri.
“Ia juga kerap berhalusinasi, serta merasa dirinya masih kecil, kadang masih sekolah,” kata Yostal.
Setelah hari itu, Yostal mengatakan kondisi Riana semakin menurun. Sampai akhirnya ia dipindahkan ke ICU untuk mendapat perawatan intensif.
Atas kondisinya tersebut, Riana yang semula dijadwalkan menjalani Sectio Caesar pada 11 Januari 2019 pun kemudian dimajukan menjadi 26 Desember 2019. Kelahiran anaknya sendiri disebut telah direncanakan untuk menjalani SC lantaran dirinya memiliki minus mata yang cukup tinggi.
“Alhamdulillah, bayi perempuannya yang bernama Aisyah lahir sehat sempurna. Namun, tidak dengan kondisi Riana. Setelah melakukan CT Scan, dokter menemukan massa di lobus frontalnya. Riana harus kembali ke ICU setelah proses melahirkan, bukannya ke Ruang Perawatan pasca melahirkan,” ungkap Yostal.

Tak lama setelah itu, tepatnya Jumat 28 Desember 2018, Riana dikabarkan sempat berhenti bernafas. Tubuh Riana kemudian dipasangi guedel dan respirator. Dengan tingkat kesadaran yang rendah, Riana juga terus mengalami kejang dan sering muntah-muntah.
Riana akhirnya berhasil di rujuk ke ICU RS MRCCC Siloam Hospitals Semanggi. Setelah dilakukan MRI, ternyata “massa” tersebut tidak hanya terdapat di lobus frontalnya saja, tetapi di tiga titik lainnya.
“Akhirnya, dilakukanlah pengambilan sample jaringan (biopsi) untuk dilakukan Patologi Anatomi untuk melihat jenis apakah “massa” itu,” ujar Yostal.
Dikatakan Yostal, sejak 1 Januari 2019, Riana terpasangi ventilator yang bisa menopangnya untuk bernapas.
“Ia harus disedasi, kemudian kondisinya tidak stabil, kadang bradikardia, kadang takikardia, yang menyebabkan banyak obat harus masuk ke dalam tubuhnya. Sedihnya, ia tidak bisa berontak, karena kini ia hanya bisa terbujur Kaku,” kisahnya.
Saat ini, Riana didiagnosis mengalami TB Otak. Hingga saat ini, biaya perawatan Riana telah mencapai Rp327 juta dan disebut-sebut masih akan terus bertambah.
Bagi Anda yang tergerak hatinya ingin menyalurkan bantuan untuk Riana, Anda bisa menyalurkan dana melalui rekening Bank BRI Pengurus Cabang Persatuan Ahli Farmasi Cilegon dengan nomor rekening 0830 – 01 – 016883 – 53 – 4, dengan menuliskan berita: BANTU RIANA atau melalui kanal kitabisa.com/rianabangkit.
Di kanal kitabisa.com sendiri kini telah terkumpul donasi sebanyak Rp. 103.165.638 dari total kebutuhan Rp400 juta. (hh)