biem.co – Melalui keterangan konferensi pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diunggah dalam laman resminya, memprediksi bencana yang diakibatkan oleh parameter-parameter (curah hujan, kelembaban, temperatur, dan angin) meteorology atau yang bisa disebut dengan bencana hidrometeorologi.
“Diprediksi selama 2019, musim akan normal. Tidak ada el Nino dan La Nina yang menguat intensitasnya sehingga musim penghujuan dan kemarau bersifat normal,” jelas BNPB, Kamis (03/01).
Sementara itu, dalam keterangannya BNPB menyebutkan pada 2019 kejadian bencana akan terjadi lebih dari sekitar 2.500 di seluruh wilayah Indonesia. Diprediksikan juga, bencana hidrometeorologi yaitu banjir, tanah longsor, dan putting beliung masih akan mendominasi.
“Diperkirakan lebih dari 95 persen adalah bencana hidrometeorologi,” terangnya.
Masih luasnya kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS), lahan kritis, laju kerusakan hutan, kerusakan lingkungan, perubahan penggunaan lahan, dan tingginya kerentanan menyebabkan bencana hidrometeorologi meningkat.
Berikut data singkat kerusan lahan berdasarkan keterangan BNPB:
- Rata-rata laju perubahan pertanian menjadi lahan non pertanian = 110.000 hektar/tahun.
- Luas lahan kritis = 14 juta hektar
BNPB menyebutkan, banjir dan longsor masih akan banyak terjadi di daerah rawan banjir dan longsor sesuai dengan peta rawan banjir dan longsor. Begitu juga dengan kebakaran hutan dan lahan masih akan terjadi, namun hal tersebut dapat diatasi dengan lebih baik.
Disebutkan juga, penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan Presiden-Wakil Presiden pada 17 April 2019 mendatang akan berpengaruh dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana sehingga perlu diantisipasi sejak dini.
Untuk daerah rawan banjir sendiri, terdapat sebanyak 489 kabupaten/kota di daerah bahaya sedang-tinggi, dengan jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi sebanyak 63.7 juta jiwa. Dan ada sekitar 441 kabupaten/kota yang berada dalam daerah bahaya longsor dari tingkat sedang-tinggi.
Sementara itu, Indonesia memiliki luas lahan kritis dengan total 14.006.450 hektar yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Daerah Sumatera Utara menyumbangkan angka terbanyak untuk lahan kritis sebesar 1.338.810. (Iqbal)