KabarTerkini

BMKG: Fenomena Tsunami Selat Sunda Tak Lazim dan Kompleks

KOTA SERANG, biem.co – Fenomena tsunami yang melanda beberapa wilayah di kawasan Selat Sunda pada Sabtu (22/12) malam terbilang tidak lazim dan kompleks. Hal itu disampaikan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisikan (BMKG), Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers, Senin (24/12).

Menurutnya, fenomena bencana yang terjadi kali ini bukan lagi terjadi dalam satu single bencana yang urut dan teratur, melainkan terjadi dalam satu waktu yang sama dengan wilayah yang sama.

“Itu bisa terjadi beberapa fenomena bencana yang penyebabnya bisa berbeda-beda, namun dampaknya bisa saling terkait. Sehingga kami tegaskan sekali lagi, bahwa fenomena di Selat Sunda yang terjadi saat ini, tidak lazim dan kompleks, yang merupakan multifenomena,” ungkap Dwikorita.

Disampaikan Dwikorita, sebelum tsunami terjadi, pihaknya telah lebih dahulu melayangkan peringatan dini gelombang tinggi. Sehingga ada anggapan ketika bencana terjadi, itu merupakan akibat dari gelombang tinggi dan pengaruh bulan purnama.

“Ternyata tsunami dipicu tidak langsung oleh erupsi Gunung Anak Krakatau. Kami melihat bersama (red: badan terkait) citra satelit yang menunjukkan bahwa Gunung Anak Krakatau ternyata collaps. Hal itu yang kemudian disimpulkan mengakibatkan longsor di bawah laut hingga menyebabkan tsunami,” paparnya.

Berdasarkan data tambahan yang diterima BMKG, lanjut Dwikorita, gempa vulkanik yang memicu terjadinya longsor di bawah laut tersebut dianalisis setara dengan guncangan magnitudo sebesar 3,4 SR.

“Ini menguatkan (dugaan) bahwa guncangan itulah yang menyebabkan collaps dan dihitung dari citra satelit luas area mencapai 64 hektar dan volumenya menjadi tsunami di pantai,” pungkasnya. (HH)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button