KOTA SERANG, biem.co – Keterbatasan ekonomi sering menjadi hambatan untuk seseorang menempuh pendidikan. Hal itu pula yang dirasakan Muniroh dan Munawaroh, dua adik binaan relawan Istana Belajar Anak-anak Banten (Isbanban) Foundation. Lemahnya ekonomi keluarga membuat keduanya sempat harus memendam mimpi untuk melanjutkan sekolah.
Muniroh, adik binaan Isbanban yang tinggal di Kampung Sanding, Lebak, Banten, ini adalah anak ke-7 dari 8 bersaudara. Ayah dan ibunya merupakan buruh tani yang hanya mampu membiayai sekolah anak-anaknya hingga jenjang SMP.
Bahkan, kepada Muniroh yang saat itu baru memasuki SMP, ayah dan ibunya sempat meminta ia berhenti sekolah lantaran takut tak mampu lagi membayar biayanya.
“Bapak Ibu waktu nggak ada uang bilang, ‘jangan diterusin sekolahnya’,” ujar Muniroh di acara Isbanban Children Festival (ICF), Minggu (16/12).
Kendati demikian, hal tersebut tak menyurutkan langkah Muniroh untuk tetap pergi bersekolah. Sebab, cita-citanya menjadi seorang guru membuat dirinya tak bisa menghentikan mimpinya sampai di situ. Hingga akhirnya Isbanban Dream Scholarship (I Dreams) menjawab keteguhan hati seorang Muniroh.
Muniroh mengaku senang saat menjadi salah satu anak yang mendapatkan beasiswa I Dreams. Alasan itu pula yang membuat Muniroh terus bersemangat sekolah, meski harus menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer panjangnya. Lokasi rumah dan sekolah yang sangat jauh membuat Muniroh harus rela berjalan kaki hingga 2,5 jam lamanya.
“Kalau pulang jam 2, nyampe rumah jam setengah 5,” tukasnya.
Meski begitu, dirinya berharap bisa menyelesaikan sekolahnya, bahkan hingga menjadi sarjana. “Pengen sekolah sampe jadi sukses. Pengen bantu adik-adik di desa belajar membaca,” ungkap Muniroh.
Beralih kepada Munawaroh, adik binaan Isbanban yang tinggal di Kampung Cimoyan, Kota Serang. Usai lulus dari Sekolah Dasar (SD), remaja kelahiran 30 Oktober 2004 ini harus rela menghentikan mimpinya bersekolah karena alasan serupa.
Kendala ekonomi membuat Waroh–sapaan akrabnya–tak punya pilihan. Ia kemudian menghabiskan waktu untuk membantu ibunya di rumah. Namun Waroh mengaku kerap sedih saat melihat teman sebayanya pergi bersekolah.
“Sedih. Karena temen-temen pada sekolah, Waroh nggak sekolah. Kalau lagi nyuci di luar, liat temen berangkat sekolah, terus Waroh nangis,” ungkap Waroh saat diwawancarai biem.co di sela-sela acara ICF.
Sebelumnya, saat masih duduk di bangku SD, Waroh mengatakan dirinya memiliki keinginan untuk menjadi seorang Qori’ah. Sayangnya, mimpi tersebut harus ia pendam demi adik-adiknya.
“Tadinya, kan, bilang, ‘Bu, Waroh nggak pengen kemana-mana lah. Mondok aja.’ Cita-cita saya pengen jadi Qori pas waktu SD. Terus kata bapak ibu, ‘udah nggak usah sekolah dulu, kasihan adik-adik’. Waroh, kan, punya adek dua, masih SD semua,” kisahnya.
Harapan Waroh untuk melanjutkan sekolah akhirnya terwujud lewat beasiswa I Dreams. Kegembiraannya bisa kembali bersekolah tampak saat ia berusaha meminjam segala keperluan sekolah kepada tetangganya. Waroh pun semangat saat dirinya dan relawan Isbanban pergi untuk mendaftarkan sekolah.
“Seneng, dari dulu pengen banget sekolah. Terimakasih buat Kakak Isbanban karena telah memberi beasiswa kepada Waroh,” tuturnya haru.
Baca Juga
Kini, Waroh telah resmi menjadi siswi MTS Al-Bantani Kota Serang. Ia pun mengaku aktif mengikuti ekstrakulikuler Pramuka dan Paskibra di sana. Di samping itu, perempuan yang menyukai mata pelajaran Matematika ini memiliki cita-cita baru. Ia sangat ingin menjadi Polwan.
“Kan kalau liat di TV ada orang yang jadi Polwan, terus Waroh pengen jadi Polwan. Pengen bantu orang,” pungkasnya.
Untuk diketahui, melalui program I Dreams, Isbanban Foundation memberikan beasiswa kepada 21 anak terpilih dari seluruh chapter binaan. (HH)