KOTA CILEGON, biem.co – Bulutangkis telah menjadi bagian dari hidup seorang Khayfa Adelia Maharani sejak usia empat tahun. Berawal dari sang ayah Iwan Milwanto yang lebih dulu menggemari olahraga bulutangkis, Iwan selalu mengajak Sasa—panggilan akrabnya—bermain bersama.
Bungsu dari dua bersaudara kelahiran Cilegon, 23 Januari 2006 ini telah menorehkan banyak prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional melalui olahraga tersebut. Meski belum setenar atlet lain, namun atlet muda berkulit kuning langsat ini terus menekuni dunia bulutangkis.
Untuk pertama kalinya saat dirinya mencoba memainkan jenis olahraga tersebut, tentu tidak mudah. Mengingat usia Sasa yang kala itu masih terhitung balita. Tubuh kecilnya membuat atlet muda ini merasa kesulitan untuk bermain bulutangkis.
“Dulu sama raketnya aja panjangan raket, jadi dipotong gagang raketnya sedikit biar nggak kepanjangan,” ujar Sasa yang tertawa kecil menceritakan dirinya.
Saat Sasa mulai menduduki bangku Sekolah Dasar (SD), Iwan menyadari bahwa putrinya sangat gigih dan semakin piawai dalam bermain bulutangkis. Alhasil Iwan dan istrinya memutuskan untuk mendaftarkan Sasa ke Pusat Latihan Cabang Olahraga Binaan (PLCOB) Cilegon.
Bergabung ke PLCOB menjadi jembatan seorang Sasa meraih prestasi demi prestasi. Sejak tahun 2012, Sasa bisa mengikuti berbagai perlombaan, salah satunya dalam rangka Bupati Tangerang Cup IV Open se-Pulau Jawa. Sasa mendapatkan piagam penghargaan sebagai Semi Finalis Tunggal Usia Dini (8th) Putri. Karena di usianya yang masih menginjak delapan tahun, saat Sasa mengetahui dirinya hanya masuk babak delapan besar, ia merasa sangat sedih.
“Mungkin dulu karena masih kecil jadi nggak terima aja kalau kalah, sampe nangis sesenggukan,” ungkap Sasa saat diwawancarai.
Dengan kekalahan itu, Sasa pantang menyerah begitu saja. Ia terus berlatih dengan giat. Adapun latihan yang biasa dilakukan Sasa yaitu gerakan strokes, shadow, lari, drill, renang dan masih banyak lagi. Selain itu, Sasa tidak puas berlatih di satu tempat saja, ia pun memutuskan berlatih lagi di Flamengo Serang dan GOR Mandiri BBS Cilegon.
Menyusul tahun 2014, Sasa berhasil mendapatkan prestasi Juara 1 Kelompok Umur Pra Usia Dini Putri dalam kegiatan MBC CUP 2014 yang diadakan oleh PBSI kota Tangerang Selatan. Kemudian di tahun 2017, Sasa kembali meriah prestasi Juara 1 Tunggal Anak Putri dalam Kejuaraan Bulutangkis Swasta Nasional USM – Flypower Open 2017 yang diadakan olah Pemprov PBSI Jawa Tengah.
Tentu dari prestasi-prestasi yang sudah diperoleh tersebut, ia merasa sangat senang dan menjadikan pencapaiannya tersebut sebagai energi untuk mengepakkan sayap kesuksesannya.
“Dari prestasi aku, aku senang banget bisa kenal sama banyak teman. Bukan dari Banten aja, tapi seluruh Indonesia,” kata Sasa.
Di balik kesukesannya tersebut, atlet berparas cantik ini pun tak lepas dari perjuangan yang panjang. Saat pertandingan berlangsung, Sasa sering mengalami cedera, baik di bagian tangan maupun kaki. Kemudian saat mendekati perlombaan, Sasa tidak mengikuti kelas di sekolah. Sehingga membuat dirinya harus mengejar pelajaran yang tertinggal. Selain itu, Sasa juga sempat mengalami krisis keuangan saat menghadapi perlombaan.
“Pernah waktu ada pertandingan di Universitas Indonesia Depok, ibu sama ayah lagi nggak punya duit. Jadi ibu jual emas, terus sampe ngutang sana-sini,” jelas Sasa seraya bersedih mengingat momen itu.
Tetapi semua kesulitan itu tetap bisa mengantarkan Sasa menjadi atlet kelas internasioanal. Di tahun 2017, Sasa berhasil meraih Juara 1 kategori U-15 dalam Yonex-Shera-Roza-BTY International Championships yang diadakan di Banthongyord Badminton School, Bangkok, Thailand.
Bagi Sasa, ia sangat bersyukur telah meraih pencapaian seperti saat ini. Ia pun tak lupa memberikan pesan untuk para atlet muda lainnya.
“Saat latihan ya harus fokus, terus semangat, selalu berdoa. Karena percuma kalau latihan giat tapi nggak berdoa, hasilnya sama aja bohong,” ujarnya. (ratu/red)