biem.co – Seni lukis memang tak pernah ada habisnya memukau siapapun yang memandangnya. Beragam jenis media hadir dengan keunikannya masing-masing. Salah satunya seni lukis henna. Selama ini, mungkin Sobat biem sering menemukan henna menghiasi jari jemari serta punggung tangan mempelai perempuan. Namun, apakah henna hanya dipakai untuk keindaan semata? Yuk, kita simak kilas balik penggunaan henna. Check this out!
Konon, henna telah dikenal sejak lima ribu tahun yang lalu. Selain digunakan untuk melukis kulit, henna berfungsi untuk mewarnai rambut, kulit juga pakaian layaknya kain wool dan sutera, mulai dari India, Pakistan, hingga Timur tengah. Di Indonesia sendiri, henna dikenal dengan nama pacar, innai, dan paci yang sebenarnya terbuat dari bahan dasar alami yaitu daun pacar.
Henna sendiri terdiri dari dua jenis, henna alami dan henna instan. Henna alami berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pengaplikasikannya membutuhkan waktu 4 hingga 24 jam. Semakin lama waktunya, semakin pekat pula warna yang diinginkan dan menghasilkan warna jingga muda dan jingga pekat. Sedangkan henna instan, hanya memerlukan waktu selama 15 menit dan memiliki warna yang beragam, dari merah cerah, merah maroon dan coklat. Meski bersifat sementara, henna mampu bertahan hingga 1 bulan lamanya.
Namun, dari banyak jenis henna, hanya henna putih yang tak bisa digunakan saat salat.
“Semua jenis henna bisa dipake untuk shalat, kecuali henna putih, karena kandungannya nggak menembus kulit, tapi paling banyak disukain sih,” terang Indah Trisnasari, pelukis henna asal Rangkasbitung kepada biem.co.

Di Indonesia, penggunaan henna putih sedang digandrungi kalangan milenial, walaupun sedikit mahal, namun memberi kesan elegan pada pemakainya.
“Putih kan netral, jadi cocok untuk setiap warna kulit. Terutama warna kulit kita yang cenderung gelap. Selain itu, pemakaiannya nggak makan waktu lama. Juga punya kesan unik, karena nggak mencolok seperti henna pada umumnya yang berwarna kemerahan. Apalagi tambah glitter dan hiasan. Makin tambah cantik,” lanjut Indah.
Dilansir dari The Culturiest, dibanding negara-negara lainnya di dunia, di India lazim menggunakan henna bukan hanya acara-acara penting saja, tetapi juga untuk penggunaan sehari-hari. Sebelum menikah, biasanya perempuan India menggelar malam henna atau biasa disebut di India dengan sebutan “Malam Mehndi”. Saat itu, calon pengantin perempuan dan anggota keluarga perempuannya dilukis henna dengan desain yang rumit pada tangan dan kaki bahkan hingga lutut. Hal itu melambangkan keindahan, kegembiraan, kebangkitan spiritual dan persembahan.
Lain halnya dengan negara-negara Arab seperti Yaman. Mereka percaya bahwa henna adalah lambang fertilitas. Semakin pekat warnanya, semakin baik untuk kesuburan. Sehingga tak mengherankan jika para calon pengantin perempuan menggunakannya berkali-kali.
Sama seperti di India, Indonesia memiliki tradisi henna pada pernikahan. Di Aceh dikenal dengan Malam Bohgaca, Sumatera Barat mengenalnya dengan Malam Bainai, di Jakarta dengan nama Malem Pacar, Mapacci dari Suku Bugis hingga Mapacci dari NTB.
Semua melambangkan nilai filosofisnya masing-masing seperti NTB sebagai tanda mempelai siap berumah tangga, di Aceh sebagai lambang periasan rumah tangga dan di Bugis melambangkan rumah tangga yang bahagia.
Nah, itulah Sobat biem kilas balik dari penggunaan henna. Tak hanya untuk kecantikan, namun memiliki nilai filosofis dan doa untuk siapapun yang menggunakannya. Tertarik menggunakannya? Kamu bisa kunjungi instagram @indahhennaart_28 untuk inspirasi pemakaian dan pemesanan. (rai)