JAKARTA, biem.co — Dalam acara Festival Relawan dua hari yang lalu, banyak sekali antusias masyarakat yang memenuhi area Piazza di Gandaria City Mall, Jakarta Selatan tersebut. Selain banyaknya booth-booth komunitas di sekitar panggung, banyak pula panel-panel yang mendiskusikan mengenai keadaan Indonesia, seperti panel pendidikan yang bertema “Akses, Kualitas dan Kesetaraan Pendidikan”.
Panel tersebut diisi oleh beberapa tokoh inspiratif, yakni: Najelaa Shihab (Pendiri Semua Murid Semua Guru), Lianda Marta (Koordinator Nasional Akademi Berbagi), Koharo (Content Creator Koharo TV), dan Masnah (Pengelola Taman Baca Al-Ikhlas Bantar Gerbang).
Berbicara tentang pendidikan di Indonesia, gawat darurat menjadi terminologi yang bisa dibilang sangat relevan untuk menggambarkan kondisi saat ini. Upaya meningkatkan akses, kualitas dan kesetaraan pendidikan Indonesia, para pembicara juga berbagi cerita tentang berbagai kolaborasi yang telah mereka lakukan demi pendidikan yang merata di negeri ini.
Najelaa Shihab mengatakan bahwa faktanya sebanyak 4,1 juta anak Indonesia putus sekolah atau tidak sekolah dan hanya 30% anak SMP yang memahami dan bisa baca tapi hanya dengan kalimat sederhana. Situasi inilah yang jadi perhatian Najeela dan harus mendapatkan sentuhan aksi nyata.
Permasalahan akses, kesetaraan, dan kualitas memang masih jadi momok utama pendidikan Indonesia. Akibatnya tentu seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa akhirnya tak semua anak-anak bisa mendapatkan akses pendidikan yang layak, apalagi bagi anak-anak yang hidup di wilayah pelosok dan terpencil. Keterbatasan informasi jadi masalah utama di sana.
Demi merajut mimpi anak-anak di pelosok negeri itu, Najeela bersama komunitas Semua Murid Semua Guru pun menginisiasi gerakan #KirimBudi. Mereka memiliki target untuk mengirim 10.000 flashdisk yang berisi beragam jenis pelajaran yang bakal disebarkan ke berbagai sekolah-sekolah di pelosok Indonesia yang membutuhkan. Najeela mengatakan gerakan itu sudah dimulai sejak Mei 2018 lalu dan masih akan berlangsung sampai tahun depan.
Perlu diketahui, belum lama ini, Komunitas Semua Murid Semua Guru juga bekerja sama dengan Hijup untuk meningkatkan pendidikan Indonesia dengan cara menjual hijab dengan desain khas Komunitas SMSG.
Sedangkan Koordinator Nasional Akademi Berbagi Lianda Marta, beranggapan bahwa pendidikan merupakan tugas bersama dalam memajukan Indonesia. Ia sendiri sudah terlibat di dunia kerelawanan sejak 2013 lalu sebagai relawan Akber Pekanbaru dan sejak Maret 2018 ia mendapatkan kepercayaan untuk menjadi koordinator Nasional Akademi Berbagi.
Hadir pula sosok Koharo yakni Content Creator Koharo TV. Koharo adalah pembuat konten yang berisi Entertain, Komedi dan Edukasi. Menurut Koharo, dalam belajar yang sebenarnya memang harus menyenangkan. Sehingga hal itu pula yang melatarbelakangi lahirnya channel youtube Koharo TV.
Koharo sendiri sudah sejak kecil menyukai audio dan visual karena sering menonton Video Experimental Science bersama eyangnya. Hal inilah yang mengawali dirinya untuk terjun di bidang produksi. Koharo pun berhasil menciptakan sebuah karya audio visual dalam bentuk sebuah channel berbagi video di YouTube. Lalu, hasil karya yang diciptakannya merupakan bentuk sukarelawan untuk membantu semua orang belajar dari YouTube.
Selain Koharo, ada pula Masnah, Pengelola Taman Baca Al-Ikhlas Bantar Gebang, yang lahir dari keluarga kurang mampu. Ia benar-benar sangat bersemangat untuk berdedikasi dalam dunia Pendidikan. Baginya untuk meyakinkan orang tua yang penting itu tidak hanya sertifikat. Dengan hal tersebut, banyak dari masyarakat beranggapan bahwa anak lebih baik bekerja daripada sekolah.
Berbagai tanggapan dari setiap pembicara mengenai pandangan pendidikan di Indonesia, panel tersebut ditutup dengan sesi tanya jawab dan pemberian hadiah untuk peserta yang mengikuti kuis di akhir segmen. (uti)