KABUPATEN SERANG, biem.co – Sejumlah PKL Pasar Ciruas kembali berjualan di bahu jalan, padahal sebelumnya dilakukan pembongkaran oleh Pol PP. Akibatnya arus lalu lintas di area tersebut tersendat dan kawasan tersebut kumuh, bahkan banyak sampah berserakan yang belum diangkut.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pol PP, Hulaeli Asyikin yang ditemui di kantornya mengatakan bahwa persoalan tersebut tidak mudah diselesaikan oleh satu dinas saja. Dibutuhkan komitmen kuat dari organisasi perangkat daerah terkait. Satpol PP hanya melakukan penertiban jika itu melanggar aturan dan mengganggu ketertiban umum. Jika menyangkut persoalan lainnya maka tanggung jawab OPD lainnya.
Diakui Hulaeli, jika sudah dilakukan penertiban dan tidak ada tindak lanjutnya, maka wajar PKL kembali berjualan karena tidak ada tempat baru. Seharusnya OPD lain bergerak untuk menuntaskan persoalan tersebut.
Ia melanjutkan, sinergitas dan komunikasi yang harus dilakukan oleh OPD lainnya, seperti dinas perhubungan, diskoperindag, dan DLH agar kawasan tersebut bisa steril dari para PKL.
Persoalan Pasar Ciruas tidak mudah, terutama PKL liar yang marak. Pihaknya meyakini bila koordinasi dan pelaksanaannya bersama OPD lain dilakukan dengan baik, maka bisa diselesaikan dengan baik.
Sementara pantauan di lokasi, para pedagang kaki lima masih membentangkan lapaknya dan menggelar jualannya di kawasan Pasar Ciruas. Menurut sejumlah pedagang mereka kembali berjualan di lokasi yang sudah dibongkar untuk memenuhi kebutuhan hidup, karena tidak ada usaha lain selain berdagang.
Menurut salah satu pedagang, Ahmad Riki, ia terpaksa berjualan di kawasan lapak yang sudah dibongkar Pol PP karena untuk pindah belum ada tempat baru. Yang ada pun di atas masih dalam perbaikan dan sudah penuh. Sebenarnya menurutnya lapak yang dibongkar berharap dibangun gedung baru untuk diisi oleh pedagang, tapi bukan peruntukan kios. Pedagang berharap ada solusi dari pengelola dan pemerintah setempat, karena menurutnya jika dipindah ke atas dikhawatirkan akan menurunkan pendapatannya, sementara ia berjualan tak selalu untung. (firo)