KabarTerkini

Dolar Melonjak Rp 15.000, Masyarakat Biasa Saja, Ini Kata Boyke Pribadi

biem.co – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) dalam satu bulan ini terus melemah sampai pada angka Rp 15.000 per USD atau tingkat terburuk sejak Krisis Ekonomi 1998 silam.

Pemerintah menyebut, pelemahan nilai tukar Rupiah disebabkan berbagai faktor eksternal seperti perang dagang AS – China dan hal lainnya.

Kendati demikian, belum terlihat respon panik di masyarakat. Berdasarkan pantauan, masyarakat masih terlihat “adem ayem”.

Rohani, warga Kabupaten Serang, karyawan di salah satu pabrik di kawasan Modern Cikande mengatakan, bahwa ia belum merasakan dampak apa-apa akibat kenaikan nilai tukar US Dolar terhadap Rupiah.

“Saya tahu Dolar naik ke Rp 15.000 lebih, tapi kayaknya masih biasa aja, karena harga-harga (barang) di pasar (yang) saya beli juga masih normal, nggak naik”, ungkapnya kepada biem.co.

Menanggapi hal tersebut, pengamat kebijakan ekonomi sekaligus dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Boyke Pribadi angkat bicara.

Menurut Boyke, tidak munculnya reaksi negatif secara masif yang diakibatkan pelemahan Rupiah ini karena masyarakat belum merasakan dampaknya secara langsung.

“Masyarakat belum merasakan dampak langsung akibat melonjaknya nilai tukar karena masyarakat pada umumnya mengonsumsi pangan dari dalam negeri,” ujarnya.

Boyke menambahkan, “berbeda untuk masyarakat yang bersentuhan dengan produk bahan bakunya impor, maka akan merasakan dampak lonjakan nilai tukar yang sedang terjadi ini. Bagi masyarakat yang menggunakan barang impor seperti laptop atau komputer serta barang elektronik, maka kenaikannya sudah mulai terasa,” jelasnya.

Boyke menegaskan, jika nilai tukar tak kunjung teratasi oleh pemerintah dalam kurun waktu satu sampai dua bulan ke depan, otomatis semua tingkatan masyarakat akan mulai merasakan dampaknya.

“Sekarang masih ‘adem-ayem’ karena persediaan barang masih ada,” tegasnya. (IY)

Editor: Jalaludin Ega

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button