biem.co – Harga makanan dan minuman akan naik 5 persen di tahun depan (2019). Hal itu dipertimbangkan oleh para pelaku industri makanan dan minuman (mamin). Kenaikan harga dilakukan mengacu kepada kenaikan biaya modal dan produksi, seiring mekarnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) serta tekanan dolar terhadap rupiah.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI), Adhi S Lukman dalam lansiran CNNIndonesia menyebut kenaikan suku bunga acuan berdampak pada mahalnya biaya dana untuk modal kerja. Ditambah lagi, depresiasi nilai tukar rupiah yang memaksa pelaku usaha menelan pil pahit dari penurunan margin.
“Situasi dilematis. Terus terang, kami menaikkan harga juga berat dengan melihat kondisi saat ini,” ujarnya.
Namun demikian, ia memastikan kenaikan tidak akan dilakukan tahun ini. Ia memproyeksi pelaku usaha masih mampu menahan diri untuk menaikkan harga sampai Desember.
“Karena memang agak sulit menaikkan harga di tengah jalan seperti ini. Biasanya kalau mau naik harga di Januari,” terang dia.
Hal senada juga pernah disampaikan oleh Kepala Bank Indonesia Kantor Wilayah Banten pada saat Kajian Ekonomi Regional sepekan yang lalu.
“Untuk saat ini para pelaku usaha (produsen) makanan kemungkinan masih bisa menahan harga dari dampak depresiasi nilai rupiah, tapi dengan kwalitas atau kwantiti yang dikurangi untuk menjaga konsumen,” ujarnya.
Namun begitu, apabila kondisi biaya modal dan produksi masih tinggi dari dampak ekonomi global tidak menutup kemungkinan tahun depan para pelaku usaha akan menaikan harga. (IY)