Inspirasi

Kasus Bunuh Diri Masih Tinggi, Titah Rahayu: Yuk! Cegah dengan Cara ini

biem.co – Tingginya kasus bunuh diri menjadi perhatian setiap negara. Berdasarkan data, bunuh diri menjadi penyebab kematian 1.4% dari seluruh kematian di dunia. Menurut WHO, bahkan secara global tingkat rasio bunuh diri adalah 11.4 orang/1000 penduduk dan 79% kasus bunuh diri berasal dari negara dengan tingkat ekonomi ringan-sedang termasuk Indonesia.

Berdasarkan data, Indonesia, termasuk negara urutan ke-8 tertinggi angka bunuh dirinya di Asean.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), di Indonesia total kasus bunuh diri tahun 2015 saja adalah 812 kasus, 5 urutan provinsi di Indonesia dengan kasus bunuh diri terbanyak ditemukan di Provinsi Jawa Tengah (331), disusul Jawa Timur (119), Bali, DI Yogyakarta, Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Pernyataan-pernyataan di atas dikemukakan oleh dr. Titah Rahayu, Sp.K.J (Ahli Spesialis Kejiwaan) saat diwawancarai biem.co Kamis, 20/09.

Menurutnya kasus bunuh diri secara global masih didominasi oleh laki-laki di bandingkan perempuan, hal ini sangat ironis jika dibandingkan dengan Indonesia, kasus bunuh diri ternyata didominasi perempuan.

“Secara global laki-laki lebih mendominasi dalam kasus bunuh diri dibandingkan perempuan,” ucapnya.

Orang melakukan bunuh diri, menurut Titah disebabkan karena adanya batasan dalam diri mereka mencapai suatu keputusasaan, yang timbul secara impulsif ataupun adanya keyakinan yang salah mengenai pilihan mati adalah yang terbaik. Hal tersebut juga muncul akibat: 1) gangguan psikiatri berupa depresi, psikotik dan penyalahgunaan NAPZA; 2) sementara itu, bunuh diri juga dapat terjadi secara impulsif di negara-negara dengan penghasilan tinggi akibat ketidakmampuan dalam menghadapi tekanan-tekanan dalam kehidupan (masalah keuangan, putusnya hubungan, mengalami sakit terutama sakit kronis); 3) kondisi bencana, adanya konflik di suatu wilayah, pelecehan, episode kehilangan dan keterasingan; 4) adanya diskriminasi pada kelompok rentan oleh lingkungan sosial, seperti pengungsi, imigran, masyarakat adat, kelompok LGBT dan tahanan.

Pencegahan

Bunuh diri merupakan masalah yang kompleks, sehingga memerlukan koordinasi dan kerjasama yang komprehensif dari berbagai sektor masyarakat, termasuk sektor kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, pertanian, bisnis, keadilan, hukum, pertahanan, politik, dan media.

Beberapa upaya pencegahan bunuh diri, yaitu: 1) meningkatkan deteksi dini, melakukan penanganan awal yang tepat (pengobatan dan perawatan) orang dengan gangguan psikiatri, penyalahgunaan NAPZA, orang dalam tekanan emosional akut dan sakit kronis; 2) mengurangi akses ke berbagai sarana yang biasa digunakan untuk bunuh diri (misalnya pestisida, senjata api, obat-obatan tertentu, dll); 3) peran media diupayakan memberikan pemberitaan dengan cara yang bertanggung jawab; 4) membuat peraturan mengenai kebijakan Alkohol dalam upaya mengurangi penggunaan Alkohol yang berbahaya; 5) pelatihan petugas kesehatan non-spesialis dalam melakukan penilaian dan manajemen perilaku bunuh diri; 6) memberi kemudahan dalam perawatan tindak lanjut untuk orang-orang yang mencoba bunuh diri; 7) tidak men-stigma kasus bunuh diri yang dapat merupakan bentuk dukungan oleh masyarakat.

Semoga bermanfaat. Salam berkarya dan berbagi inspirasi. (IY)

Editor: Jalaludin Ega

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button