KOTA SERANG, biem.co – Secara sadar kita dapat lihat fenomena menjelang pilpres 2019 mendatang, yaitu maraknya bermunculan para relawan pendukung Capres dan Cawapres.
Peneliti Pusat Penelitian Politik LIPI, Prof. Dr. Lili Romli mengatakan, munculnya para relawan tersebut dipandang sebagai mesin untuk memobilisasi dan mendulang suara.
“Sebenarnya fenomena munculnya relawan tersebut sudah ada pada setiap pilpres atau pilkada. Hanya saja pada waktu itu para relawan tersebut tidak mendeklarasikan diri sebagai relawan, tetapi cenderung bersifat rahasia,” jelas Lili dalam keterangan yang diberikan kepada kru biem, Rabu (12/9).
Baru ketika pada Pilpres 2014, lanjut Lili, para relawan tersebut mendeklarasikan diri untuk mendukung salah satu kandidat dalam pilpres tersebut. Di antara relawan-relawan yang mendeklarasikan diri tersebut kebanyakan relawan pendukung Jokowi – JK.
“Fenomena tersebut saya kira bertemunya antara kepentingan kandidat dan dukungan arus bawah untuk sama-sama agar menang dalam kontestasi pilpres tersebut.
Lili juga menuturkan bahwa para relawan tersebut juga efektif dalam rangka untuk mensosialisasikan dan memobilisasi para pemilih.
“Itu karena, para relawan ini berasal dari arus bawah sehingga dekat dengan massa pemilih,” ungkapnya.
Munculnya para relawan tersebut diharapkan jangan sampai terjadi polarisasi dan perpecahan. Para relawan dari masing-masing kandidat tersebut berjuang untuk menarik simpati massa dengan cara yang santun, elegan, tidak saling caci maki dan mengejek.
Lili Romli juga menambahkan, para relawan harus merepresentasikannya dengan sikap dan perilaku yang baik. Jika tidak nantinya akan merugikan sosok Capres dan Cawapres yang diusung.
“Saya berharap masyarakat biasa saja dalam menyikapi munculnya para relawan tersebut karena itu bagian dari proses demokrasi. Masyarakat jangan sampai terprovokasi oleh hasutan, hoax, atau ujaran kebencian. Masyarakat jangan sampai mau diadu domba akibat adanya pilpres serta perbedaan dukungan atau pun pilihan”. (Iqbal)