KabarTerkini

Rupiah Kini di angka Rp.14.920 per Dolar AS, Apa Strategi Pemerintah?

biem.co – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Hari ini nilai dolar hanya membutuhkan Rp80 lagi mendekati angka Rp15.000. Saat berita ini dibuat nilai dolar AS sudah menyentuh Rp 14.920, ini menjadi titik terlemah di periode tahun ini.

Menguatnya tekanan akan rupiah, jajaran menteri di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo melakukan rapat dan menghasilkan strategi jangka pendek untuk mengatasi pelemahan rupiah dengan skema pengurangan kuota impor dan menggenjot produksi ekspor.

Hal tersebut dijelaskan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution seperti dilansir detikcom, menjelaskan pagi ini ia bersama beberapa jajaran menteri, seperti Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita; Menteri Peridustrian, Airlangga Hartanto; Menteri ESDM, Ignasius Jonan; dan Menteri Pariwisata, Arif Yahya bertemu presiden untuk membahas rencana peningkatan produksi dalam penindakan ekspor yang akan dilaporkan dalam dua hari kedepan.

“Artinya itu penugasan ke Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri ESDM, untuk membuat rincian dari rencana penindakan ekspor dengan matrix komiditi apa, tujuannya apa dan sebagainya. Mereka minta diberi waktu dua harian jadi kita sudah punya daftarnya itu dalam beberapa hari ke depan,” kata dia kepada awak media usai menghadiri rapat, Selasa (4/9/2018).

Untuk mendorong ekspor, Darmin menjelaskan, komoditas yang memungkinkan untuk bisa ditingkatkan produksinya yaitu sumber daya alam seperti hasil tambang dan batu bara. Selain tambang juga ada sumber perkebunan yang produksinya bisa ditingkatkan untuk mendorong ekspor.

“Tambang kan ada batu-bara ya kan!, kemudian ada di SDA yang lain yang menyangkut perkebunan juga ada. Kemudian yang menyangkut industri ada juga manufaktur, makanya saya yang ditugaskan Mendag, Menperin, Menteri Pariwisata dan (menteri) ESDM,” ujarnya.

Darmin menjelaskan langkah ini merupakan strategi yang dilakukan dalam jangka pendek untuk mengatasi pelemahan rupiah.

“Ini kan baru bicara jangka pendek. Mana yang bisa didorong jangka pendek bukan kalau tiga lima tahun lagi. Artinya itu yang harus mereka identifikasi satu per-satu,” ungkapnya. (IY)

Editor: Jalaludin Ega

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button