KabarTerkini

Kemeriahan Hari Puisi Indonesia oleh Komunitas Penulis Nyi Mas Melati Tangerang Raya

TANGERANG, biem.co Acara yang digagas oleh para penulis muda yang tergabung dalam komunitas Penulis Nyi Mas Melati Tangerang Raya dalam rangka merayakan Hari Puisi Indonesia (HPI) tahun 2018 berlangsung meriah. Kemeriahan acara ini dihadiri sekitar 400an tamu yang terdiri dari pelajar, guru, dan penggiat literasi dan sastra yang datang tak hanya dari Tangerang Raya. Meriahnya peringatan ini bukan tanpa sebab. Kehadiran dua bintang tamu yakni, Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri dan pembaca puisi paling fenomenal yakni Asrizal Nur. Di sela kemeriahan kegiatan ini, Komunitas Penulis mengambil kesempatan untuk membuka donasi kemanusiaan untuk korban gempa Lombok. Hasil dari donasi terkumpul dana sebesar Rp. 947.000,00. Rencananya akan disalurkan ke saudara Fajar Firdaus melalui komunitas Man Jadda Wa Jadda Tangerang.

Puisi mempersatukan kita, puisi mengajarkan kita mendalami makna, puisi membuat kita bersaudara. Hal itu mengemuka di saat sambutan ketua komunitas D Pebrian di tengah arena ruang Akhlakul Karimah Lt.3  Gd Pusat Pemerintahan Kota Tangerang. Didampingi  ketua Pelaksana Hari Puisi Indonesia 2018 Tangerang Raya Nur Fadhila juga para pembina komunitas Edi Wahyu, Eny Nuraeni, dan Rini Intama. Menyambut tamu undangan dengan cara berbeda yakni, sambutan dengan membaca puisi secara bergantian, diiringi Biola yang dimainkan oleh seniman Agus Grave dan Gitar Dewokustik, Minggu (26/8).

Diawali dengan pertunjukan parade puisi dari anggota Komunitas Penulis Nyi Mas Melati. Membacakan puisi Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul Tanah Air Mata. dan puisi karya Asrizal Nur yang berjudul Majelis Dzikir Dedaunan sukses dibawakan dengan sempurna. Aksi Fikri Maulana Syiba sebagai pembaca puisi laki-laki dari lima orang anggota yang sisanya empat orang adalah perempuan yakni Pola Malinda, Suryani, Ayu Anggriyani, dan Nur Fadhila mendapatkan riuh tepuk tangan penonton yang terpukau dengan aksi pembacaan puisi yang disutradarai langsung oleh Rizki Kurniawan Ahmad yang juga anggota senior Komunitas Penulis Nyi Mas melati. “Ekpsresi kami lahir dari kegelisahan kami kepada mereka yang tidak mampu memaknai puisi seutuhnya. Ini dirasa perlu! Kejujuran makna dari sebuah puisi yang kami pentaskan dalam bentuk parade, tak lain untuk menggali kedalaman makna itu sendiri,” ungkap Fikri Maulana Syiba yang juga Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Tangerang.

Disambung dengan musikalisasi puisi oleh Ketua Komunitas D Pebrian. Gebrakan selanjutnya adalah deklamasi puisi Asrizal Nur yang memukau ratusan tamu undangan yang hadir. Keseimbangan antara sajak dan gerak juga disertai video yang merupakan bagian dari puisi. Memberikan efek yang mampu memperbarui isi kepala para penonton yang menyimaknya dengan seksama.  Belum usai pasca aksi panggung Asrizal Nur yang membuat penonton tercengang, disambung lagi aksi musikalisasi puisi grup Teater Cahaya yang membuat suasana semakin menarik. Penampilan musikal yang dibawakan oleh grup yang melibatkan  dua puluh anggota, begitu harmoni dibawakan. Kelompok musikal ini dipimpin oleh Ahmad Jaelani yang mengatur jalannya permainan musikalisi puisi.

Beberapa penyair dan aktivis budaya maupun literasi  turut hadir dan tampil membaca puisi di acara peringatan HPI ini antara lain Saefullah Alabarokms,  Inung Nurjanah, Hasan  Buche, Reza Ibnu Malik, Eddy Pramduane, Astri Primanita, Ade Novi, Villly J Roesta, Andri Gunawan, Nathania Luvena  dan masih banyak lagi.  Sebelum masuk ke sesi bincang-bincang dengan bintang tamu, aksi musikal terakhir dibawakan oleh Dewokustik yang tampil energik di hadapan penonton yang hadir. Selanjutnya pembacaan puisi dan orasi presiden penyair Indonesia semakin membuat acara ini menuju ke puncak HPI Tangerang Raya.

Di usia 77 Tahun, Sutardji masih sangat keren untuk membacakan puisi yang diselingi oleh orasi-orasi mengenai puisi yang ditulisnya. Bincang-bincang mengenai puisi ini dipimpin oleh Rini intama Penyair Perempuan Indonesia. Bincang-bincang yang menarik perhatian para penyair-penyair yang hadir untuk ikut berinteraksi dan berdiskusi bersama bintang tamu untuk memaknai peringatan Hari Puisi Indonesia. “Puisi itu adalah komposisi kata yang ekspresif, mempunyai makna dan bisa memberi inspirasi, sehingga bukan hanya didapat dengan berandai-andai,”ungkap Sutardji yang memberikan pandangannya dalam bincang-bincang di sesi terakhir.

Kegiatan ini memberikan semangat baru untuk para pemuda yang hampir kehilangan karakter di era digital ini. Komunitas Penulis Nyi Mas Melati sudah berhasil membangunkan semangat itu melalui kegiatan Hari Puisi Indonesia di Tangerang Raya. Kalau tahun ini dilaksanakan di Kota Tangerang, maka tahun berikutnya kita akan rencanakan di Kota Tangerang Selatan.” Ungkap Edi Wahyu aktivis budaya yang juga pembina Komunitas Penulis Nyi Mas Melati. (Pol)

Editor:

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button