Oleh: Muhammad Raidhil Fitran
biem.co — Perhelatan Pilkada serentak di Kota Serang akhirnya melahirkan sosok pemimpin baru. Sudah tentu, cita-cita dan harapan akan sebuah perubahan tergambar di benak masyarakat Kota Serang. Sehingga, ini menjadi sebuah tantangan atau stimulus bagi kepemimpinan yang baru.
Tentu kita membayangkan sosok pemimpin baru ini mempunyai alur visi dan misi yang cepat menanggapi permasalahan di Kota Serang. Sehingga percepatan perputaran perubahan ini harus dilakukan secara nyata dan mempunyai efek yang luar biasa untuk arah perbaikan.
Selama ini kami melihat 11 Tahun Kota Serang berdiri, melahirkan banyak peraturan dan konsep besar, yang tertuang di dalam RPJMD. Namun, belum banyak terealisasi dengan baik oleh pemerintahan terdahulu, sehingga meninggalkan noda besar yang harus diperbaiki oleh pemimpin saat ini.
Tentu, ketika berbicara sosok kepemimpinan, di dunia ini banyak memberikan contoh nyata akan sosok pemimpin. Salah satunya adalah di bawah asuhan Lee Kuan Yew. Singapura berkembang dari sebuah pulau kecil yang miskin sumberdaya hingga menjadi negara makmur.
Profesor Charles Schell dari Manchester Business School, Singapura, menyebutkan, bahwa kunci keberhasilan Lee adalah kepiawaiannya dalam mengelola Arms of Leadership. Yakni “kepanjangan tangan” sehingga memungkinkan pemimpin secara efektif menjalankan sebuah organisasi.
Tidak peduli sebagus apa pun pemimpinnya, tanpa adanya “arms” atau “lengan” kepemimpinan, organisasi tidak akan dapat berkembang secara sustainable. Ataupun contoh kepemimpinan yang setara yakni Walikota Surabaya, yang benar-benar merubah sistem pelayanan publik yang secara proses menyita banyak waktu di rubah sesingkat mungkin, sehingga menghasilkan pelayanan publik yang good government dan good governance.
Melihat hal tersebut, sudah tentu pemimpin baru yang dinahkodai Syafrudin sebagai Walikota dan Subadri Usluhudin sebagai Wakil Walikota perlu membuat terobosan besar untuk menciptakan good government, good governance dan clean government untuk menyelesaikan permasalahan di Kota Serang ini.
Sehingga, proses kepemimpinan yang dipilih secara langsung dengan menggunakan uang yang tidak sedikit untuk terciptanya iklim demokrasi tidak sia-sia, karena itu menggunakan uang rakyat.
Agar proses tersebut bisa berjalan dengan baik, artinya itu juga harus dipikirkan secara matang oleh pemimpin baru, agar secara cepat dan berhati-hati membuat planning untuk pembaharuan di Kota Serang.
Sudah tentu perbaikan yang perlu dilakukan adalah dipilihnya para aparatur birokrasi yang siap bekerja. Karena berdasarkan hasil evaluasi banyak pimpinan SKPD yang dinilai tidak cakap untuk membantu eksekutif dalam meyelesaikan permasalahan di Kota Serang ini. Seperti halnya kesehatan, dinilai tidak berhasil dalam mengimplementasikan kota sehat, karena di tahun 2017 masih ditemukannya balita teridikasi kekurangan gizi sekitar 2.154 dan penderita gizi buruk sebayak 80 balita.
Dengan angka yang demikian terlihat cerminan pemerintah tidak cakap mengurusi masalah kesehatan dasar sehingga masih di temukan berbagai kasus gizi buruk menimpa balita di Kota Serang.
Ataupun permasalahan infrastruktur yang masih menjadi tanda tanya besar. Bila melihat beberapa contoh yang ada bagaimana Kota Serang saat ini dijuluki kota layak anak ataupun pengembangan kota menuju smart city akan terasa hambar, bila komponen dasar yang perlu diperbaiki belum sepenuhnya berhasil dilakukan.
Sehingga perlakuan yang tepat dilakukan oleh pemerintahan yang baru dalam pemerintahan, yaitu memperbaiki sistem lelang jabatan.
Baca Juga
Secara garis besar, Pemkot Serang yang baru harus memilih pejabat di tataran SKPD yang memiliki visi, misi dan alur perbaikan secara kongkrit dan sustainable. Poin ini yang menjadi penting, karena kepala SKPD akan benar-benar berpikir keras untuk selalu membuat inovasi-inovasi. Tentunya jika pemimpin tidak memiliki frekuensi yang sama dalam hal perbaikan, akan sia-sia juga.
Arah perbaikan selanjutnya yang perlu ditindaklanjuti secara serius adalah dengan desain Kota Serang. Mengapa demikian?
Kota yang dibentuk sebagai kota dagang dan industri, tentu saja iklim investasi dan pemerataan ekonomi kerakyatan harus disegerakan. Hal tersebut dikarenakan PAD Kota Serang yang terlampau kecil, dalam sidang paripurna yang dilakukan tahun lalu untuk penganggaran APBD 2018 sebesar Rp 1.134 Triliun.
Dengan PAD sebesar Rp 152 milyar, dengan rincian penerimaan pajak daerah Rp 114 milyar, retribusi daerah 13 milyar dan PAD yang sah sebesar 25 milyar dengan dana perimbangan sebesar Rp 868 milyar.
Melihat besaran angka tersebut, sungguh tidak mungkin pemerataan pembangunan akan berjalan dengan optimal. Karena pemerintah tidak kreatif dalam menggali potensi apa yang dimiliki Kota Serang. Dengan pembuatan perda RTRW, seharusnya pemkot dapat melihat dengan jeli potensi apa yang digali untuk peningkatan pendapatan daerah, dan menarik investor untuk bermitra dengan pemerintah kota.
Langkahnya, yakni dengan cara membuat aturan baku yang jelas kebutuhan apa yang memang dapat ditarik potensinya tanpa merusak zona wilayah yang di buat oleh Pemkot yang tertuang dalam RTRW.
Selama ini, Pemkot tidak mampu melihat potensi bisnis di daerahnya, dan hanya terfokus dengan menjamurnya ritel dan ruko-ruko baru, yang sebenarnya tidak terlalu siknifikan untuk peningkatan penghasilan di daerah.
Terlebih pemimpin yang baru harus juga berpikir mendatangkan investor sesuai dengan kebutuhan Kota Serang. Melainkan juga menata perekonomian kerkayatan dalam hal ini UKM masyarakat lebih diperhatikan kembali. Karena hal tersebut akan berdampak pada peningkatan lapangan kerja dan mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Kota Serang, dan juga akan menekan angka inflasi. Kota Serang menyumbang angka inflasi untuk nasional sebesar 0,88%. Bila itu dibenahi secara simultan tentu pendapatan asli daerah kita akan meningkat dengan pesat.
Tentu saja untuk memecahkan permasalahan yang ada di Kota Serang ini, sifat kepemimpinan yang kreatif dan harus memiliki mental kepemimpinan pekerja (work leader). Seorang petarung yang tidak sekadar duduk di meja, tetapi memimpin dengan aksi yang memimpin dengan bekerja.
Dalam kaitan itu, analisis John H. Zenger dan Joseph Folkman menyimpulkan, kompetensi kepemimpinan unggul dikelompokkan dalam lima klaster: (1) karakter, (2) kemampuan personal, (3) keahlian interpersonal, (4) fokus pada hasil, dan (5) memimpin perubahan organisasi. Lima kompetensi tersebut berfungsi sebagai tiang penyangga dan pengungkit kepemimpinan ke level lebih tinggi yang unggul. Dari kelima klaster terebut, karakter menjadi titik poin utama sementara yang lainnya adalah komponen pendukung.
Baca Juga
Artinya, di kepemimpinan yang baru sekarang, harus menumbuhkan sifat pekerja keras, yang jauh berbeda dengan pemimpin sebelumnya. Sudah tentu jika hal itu dapat dilakukan, pencapaian-pencapaian pembangunan di Kota Serang ini akan berjalan dengan baik.
Bila kemudian hari pemimpin yang sudah terpilih tidak mampu mengemban amanah dengan baik, artinya harapan yang diemban kepada pasangan terpilih ini sangat besar. Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah pemimpin yang terpilih saat ini akan mengulangi kesalahan yang sama atau tidak, sehingga kita sangat menunggu aksi nyata yang dilakukan oleh pemimpin baru di Kota Serang. (red)
Muhammad Raidhil Fitran adalah Pegiat di Fakih Institute.